Dampak Ekonomi Global pada Perekonomian Bali, BI Dorong Tarik Investor dari Uni Emirat Arab

- VIVA.co.id/Maha Liarosh (Bali)
Bali, VIVA – Perkembangan kebijakan ekonomi global, terutama kebijakan suku bunga serta proteksionisme yang diterapkan Amerika Serikat (AS) berdampak pada stabilitas ekonomi nasional dan regional.
Advisor Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Indra Gunawan Sutarto, menyampaikan, ketidakpastian pasar keuangan global tetap tinggi akibat dinamika kebijakan AS, termasuk penerapan tarif impor dan kebijakan moneter yang lebih terbatas.
Nuansa Natal di Bandara Ngurah Rai Bali
- VIVA.co.id/Maha Liarosh (Bali)
Hal ini berdampak pada apresiasi dolar AS serta berkurangnya aliran modal ke negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.
“Meskipun demikian, di tengah tantangan global, nilai tukar rupiah tetap stabil, didukung oleh kebijakan stabilisasi yang diterapkan Bank Indonesia serta berlanjutnya aliran modal asing ke instrumen keuangan domestik," kata Indra, dalam acara Balinomics, di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Selasa, 25 Februari 2025.
Optimalisasi instrumen keuangan seperti Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), Sekuritas Valas Bank Indonesia (SVBI), dan Sekuritas Utang Valas Bank Indonesia (SUVBI) menjadi langkah strategis untuk meningkatkan daya tarik pasar keuangan domestik.
Bank Indonesia juga terus memperkuat strategi operasi moneter pro-market guna menarik lebih banyak investasi portofolio asing dan menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.
Sementara itu, realisasi penanaman modal di Bali menunjukkan capaian positif, mencapai Rp28,1 triliun pada tahun 2024 atau melampaui target sebesar Rp16,23 triliun.
"Investasi langsung (Foreign direct investment/FDI) di Bali terutama mengalir ke sektor perhotelan, restoran, kawasan industri, dan perkantoran, dengan investor utama berasal dari Prancis dan Rusia," jelas Indra.
Untuk memperkuat pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, Bank Indonesia mendorong diversifikasi sumber investasi dengan menarik minat investor dari Uni Emirat Arab (UEA), India, dan negara lainnya.
Hal ini kata Indra, sejalan dengan upaya pemerintah dalam memperkuat sektor hilirisasi dan meningkatkan daya tarik investasi di sektor-sektor strategis.
Dalam konteks regional, Indra menyampaikan, Bank Indonesia bersama mitra kerja terus berupaya menjaga stabilitas ekonomi Bali dengan berbagai langkah strategis, termasuk pemenuhan kebutuhan uang Rupiah menjelang periode Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN).
Upaya ini diwujudkan melalui penyediaan layanan kas yang optimal, edukasi kepada masyarakat mengenai Cinta, Bangga, Paham Rupiah, serta distribusi uang yang merata untuk menjaga kelancaran transaksi ekonomi di Bali.
“Dengan berbagai strategi ini, Bank Indonesia berkomitmen untuk terus mendukung stabilitas ekonomi nasional, termasuk Bali, serta mendorong pertumbuhan yang lebih inklusif dan berkelanjutan di tengah dinamika global yang terus berkembang," ucapnya.