Prediksi Harga Bitcoin Usai Pelantikan Donald Trump, Analis Peringatkan Ini
- Dok. Istimewa
Jakarta, VIVA – Bitcoin kembali menjadi sorotan usai pelantikan Presiden AS Donald Trump pada 21 Januari 2025 lalu. Harga Bitcoin (BTC) yang stabil di atas USD100.000 sejak Senin, masih memicu perdebatan di kalangan analis.
Meskipun pasar terlihat optimis, namun beberapa ahli justru mengingatkan adanya potensi penurunan harga dalam waktu dekat. Mengapa?
Sebagaimana diketahui, sejak kemenangan Trump pada pemilu November 2024, pasar cryptocurrency mencapai level tertinggi barunya. Artinya, kepercayaan investor terhadap mata uang digital ini semakin meningkat, terutama dengan adanya spekulasi bahwa kebijakan Trump akan membawa angin segar bagi aset kripto.
Namun, laporan terbaru dari CEO CryptoQuant, Ki Young Ju, memperingatkan bahwa meskipun tren bullish masih kuat, tekanan jual bisa saja muncul dalam beberapa minggu ke depan. Melansir dari Blockchain News, Kamis, 23 Januari 2025, Ki Young Ju melalui analisisnya menunjukkan bahwa fase aktif pasar Bitcoin saat ini memiliki karakteristik yang ambigu.
Menggunakan indikator on-chain, termasuk PnL Index, dia mencatat bahwa harga Bitcoin kemungkinan sedang memasuki fase pasar baru. Data Moving Average mengindikasikan potensi pergerakan harga yang fluktuatif, dengan kemungkinan penurunan setelah mencapai puncak sebelumnya.
Selain itu, volatilitas pasar terus memengaruhi perdagangan dengan leverage. Dalam kondisi pasar yang tidak stabil, trader kerap tergesa-gesa melakukan jual-beli, yang dapat mengakibatkan posisi perdagangan otomatis ditutup oleh bursa. Hal ini berisiko membuat investor kehilangan seluruh modalnya.
Tekanan Jual Pasca Pelantikan Trump
Sehari setelah pelantikan Trump, Bitcoin sempat mengalami tekanan jual. Tidak adanya pernyataan spesifik dari Trump tentang cryptocurrency selama pidato pelantikannya, memicu kepanikan di kalangan investor. Volume perdagangan di Binance sempat menunjukkan hasil negatif sebelum akhirnya berbalik positif ketika pasar AS dibuka.
Kendati demikian, analis tetap optimis terhadap prospek jangka panjang Bitcoin. Sebuah laporan dari Investtech menunjukkan bahwa Bitcoin saat ini berada dalam pola konsolidasi di saluran tren horizontal, yang berarti harga kemungkinan akan tetap stabil dalam waktu dekat.
Selain itu, Bitcoin yang mencapai harga USD100.000 menandakan fase akumulasi di kalangan investor. Statistik netflow bursa menunjukkan angka negatif selama beberapa bulan terakhir, yang mengindikasikan adanya pengalihan Bitcoin dari bursa ke dompet pribadi. Tren ini sering kali diartikan sebagai tanda kepercayaan investor terhadap kenaikan nilai BTC di masa mendatang.
Ahli percaya bahwa penarikan Bitcoin dari bursa dapat menciptakan kelangkaan pasokan, sehingga mendorong harga lebih tinggi. Jika tren ini berlanjut, harga Bitcoin diperkirakan bisa melonjak lebih jauh sebelum akhir Januari.
Per 22 Januari, Bitcoin diperdagangkan di kisaran USD104.345, turun dari rekor tertingginya di USD109.300. Analis mengidentifikasi tiga zona utama yang berpotensi menarik pembeli, yaitu USD92.000, USD87.000, dan USD74.000. Sementara itu, level resistensi utama berada di USD106.000 dan USD120.000.
Momentum pasar yang seimbang memberi peluang bagi investor untuk masuk. Beberapa analis bahkan memprediksi bahwa kebijakan baru di bawah pemerintahan Trump dapat mendorong harga Bitcoin menuju USD130.000 pada akhir bulan ini.