Survei BI: Kinerja Penjualan Eceran Desember Naik 1 Persen, Didorong Suku Cadang hingga Makanan
- VIVA/Andry Daud
Jakarta, VIVA – Bank Indonesia (BI) mengungkapkan kinerja penjualan eceran naik pada Desember 2024. Hal ini tecermin dari Indeks Penjualan Riil (IPR) Desember 2024 yang diprakirakan mencapai 220,3 atau secara tahunan tumbuh 1,0 persen secara year on year (yoy).
Kepala Departemen Komunikasi BI, Ramdan Denny Prakoso mengatakan peningkatan tersebut terutama bersumber dari kelompok suku cadang dan aksesori, serta makanan, minuman dan tembakau.
"Indeks Penjualan Riil (IPR) Desember 2024 yang diprakirakan mencapai 220,3 atau secara tahunan tumbuh 1,0 persen yoy, lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan pada bulan sebelumnya," ujar Denny dalam keterangannya, Jumat, 10 Januari 2025.
Denny menjelaskan, secara bulanan, penjualan eceran diprakirakan terakselerasi dengan pertumbuhan sebesar 5,1 persen month to month (mtm) setelah pada bulan sebelumnya terkontraksi sebesar 0,4 persen secara mtm.
Kelompok dengan pertumbuhan tertinggi adalah subkelompok sandang, diikuti kelompok makanan, minuman, dan tembakau, serta suku cadang dan aksesor. Hal ini sejalan dengan meningkatnya permintaan masyarakat menjelang perayaan Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Natal dan Tahun Baru.
Adapun pada November 2024, IPR tercatat 209,7 atau secara tahunan tumbuh 0,9 persen yoy, lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada Oktober 2024 sebesar 1,5 persen yoy.
"Pertumbuhan pada November 2024 terutama didorong kelompok bahan bakar kendaraan bermotor, suku cadang dan aksesori, serta makanan, minuman, dan tembakau," jelasnya.
Sementara itu, secara bulanan, penjualan eceran pada November 2024 mengalami kontraksi 0,4 persen mtm, setelah mencatat kontraksi sebesar 0,01 persen mtm pada bulan sebelumnya.
Mayoritas kelompok mengalami kontraksi, terutama terjadi pada kelompok barang budaya dan rekreasi, suku cadang dan aksesori serta makanan, minuman, dan tembakau. Dalam hal ini disebabkan oleh penurunan permintaan masyarakat akibat faktor cuaca yang menahan aktivitas masyarakat.
Denny menuturkan, kelompok yang tercatat masih tumbuh dan menjadi penopang kinerja penjualan eceran adalah peralatan informasi dan komunikasi serta bahan bakar kendaraan bermotor.
Dari sisi harga, tekanan inflasi 3 bulan yang akan datang pada Februari 2025 diprakirakan meningkat, sementara inflasi 6 bulan yang akan datang pada Mei 2025 diprakirakan menurun. Hal ini tecermin dari Indeks Ekspektasi Harga Umum (IEH) Februari 2025 sebesar 160,2, lebih tinggi dibandingkan dengan IEH pada periode sebelumnya sebesar 157,8 sejalan dengan rata-rata historis kenaikan harga menjelang bulan Ramadan pada 3 tahun terakhir.
"Sementara itu, IEH Mei 2025 tercatat sebesar 151,1, lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya yang sebesar 165,4 seiring dengan normalisasi permintaan pasca-HBKN Idul Fitri," imbuhnya.