Pertimbangan Utama The Fed Pangkas Suku Bunga 25 Bps, Kebijakan Trump Jadi Sorotan
- MarketScreneer
Jakarta, VIVA – Bank sentral AS, Federal Reserve mengumumkan penurunan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) pada Rabu (18/12/2024). Bank sentral AS mempertimbangkan beberapa hal yang melatarbelakangi keputusan tersebut.
The Fed menggenapkan kebijakan pemotongan suku bunga ketiga kalinya pada tahun 2024. Sehingga suku bunga berada di kisaran 4,25 persen hingga 4,5 persen.
Dalam pernyataan, The Fed memproyeksikan hanya melakukan dua pemangkasan suku bunga pada tahun 2025. Sedangkan, ekonom memperkirakan akan ada tiga penurunan suku bunga tahun depan dengan keyakinan bahwa saat ini ekonomi AS dan pertumbuhan harga kian stabil.
Pada hari yang sama, sebuah dokumen terpisah mengindikasi sikap pesimis dari anggota bank sentral. Para bankir tidak yakin dapat mencapai target inflasi 2 persen pada tahun 2026.
Dikutip dari NBC News pada Kamis 19 Desember 2024, The Fed merancang penurunan suku bunga lanjutan guna mencegah gejolak pasar yang dapat mengganggu pertumbuhan ekonomi. Kondisi ekonomi terlalu panas dinilai menghambat laju ekonomi yang sedang kuat bahkan perlahan berisiko masuk ke jurang resesi.
Penetapan suku bunga acuan untuk menentukan besaran suku bunga pinjaman adalah usaha The Fed mengendalikan laju pertumbuhan ekonomi. Pada akhirnya, kebijakan ini bertujuan menjaga kestabilan ekonomi. Langkah tersebut didasari tingkat pengangguran tetap rendah dan tingkat inflasi relatif tinggi.
"Laju pemotongan yang lebih lambat tahun depan mencerminkan tingkat inflasi yang lebih tinggi tahun ini dan ekspektasi yang lebih tinggi," ujar Ketua Fed, Jerome Powell, saat konferensi pers.
Melansir dari Mainemorningstar, beberapa ekonom dan analis mengungkapkan pertimbangan lain The Fed terus memangkas suku bunga acuan. Mereka berpandangan kebijakan sebagai respons meredanya inflasi setelah suku bunga naik secara agresif pada Maret 2022.
Inflasi semakin mendekati target The Fed di angka 2 persen setelah beberapa kali penurunan suku bunga. Biro Statistik Tenaga Kerja AS merilis inflasi bulan November 2024 naik 2,7 persen dari tahun sebelumnya.
Kenaikan sejalan dengan meningkatkan harga pangan dan tempat tinggal pada bulan tersebut. Sementara pada bulan Oktober di level 2,6 persen dan sempat menyentuh 2,4 persen pada bulan September.
Indeks Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE) sebagai indikator inflasi yang disukai The Fed menunjukkan tren penurunan. PCE susut tiga kali beruntun hingga bulan Oktober tetapi naik menjadi 2,3 persen pada bulan selanjutnya.
Lebih lanjut, Powell mengatakan beberapa pejabat The Fed mempertimbangkan perubahan kebijakan dari pemerintahan Donald Trump. Powell menyampaikan, "Beberapa memang mengidentifikasi ketidakpastian kebijakan maupun seputar inflasi," katanya.
Pemikiran tersebut sejalan dengan pandangan Kepala Ekonom Moody's Analytics, Mark Zandi. Zandi mengungkapkan potensi perubahan kebijakan dari pemerintahan Trump akan menjadi faktor penting The Fed pertimbangan dalam penurunan suku bunga di masa mendatang.
"Jika kebijakan ekonomi tahun depan tidak menjadi masalah, saya rasa The Fed tidak akan mengubah suku bunga," ucap Zandi.
Para ekonom melaporkan pasar tenaga kerja AS menguat pada November. Para pengusaha mencaplok 227.000 tenaga kerja. Sehingga seharusnya tidak menjadi masalah bagi The Fed mulai memikirkan kembali pemotongan suku bunga pada tahun depan.
"Saya pikir pasar tenaga kerja kuat dan telah mendingin secara signifikan dibandingkan 12 hingga 18 bulan lalu," imbuh Zandi.
Pada konferensi pers, Powell membenarkan bahwa hari pasar tenaga kerja menunjukkan penurunan secara bertahap dan teratur. Sehingga memberikan kelonggaran daripada sebelum pandemi.
"Kami tidak berpikir memerlukan pendinginan lebih lanjut di pasar tenaga kerja untuk mencapai inflasi 2 persen," kata Powell.