7 Jenis Divestasi yang Bisa Membantu Perusahaan Meningkatkan Keuangan dan Daya Saing, Apa Saja?

Ilustrasi Divestasi
Sumber :
  • Pexels.com

VIVA – Perusahaan sering menghadapi tantangan dalam mempertahankan kestabilan keuangan dan daya saing di pasar yang kompetitif. Masalah umum yang muncul adalah bagaimana mengelola sumber daya dengan efisien tanpa mengorbankan pertumbuhan jangka panjang, terutama saat menghadapi utang tinggi atau kebutuhan dana ekspansi.

Divestasi bisa menjadi solusi, namun banyak perusahaan kesulitan memilih metode yang tepat. Proses divestasi yang salah dapat merugikan keuangan dan reputasi. Artikel ini akan membahas jenis-jenis divestasi yang bisa dipilih perusahaan sesuai kebutuhan mereka.

1. Penjualan Aset (Asset Sale)

Penjualan aset adalah divestasi yang melibatkan penjualan sebagian dari aset perusahaan, seperti properti, peralatan, atau unit bisnis. Tujuannya untuk mendapatkan dana yang dapat digunakan untuk membayar utang, memperbaiki arus kas, atau mendanai kegiatan lainnya.

Penjualan aset memberikan pendapatan instan yang berguna untuk ekspansi atau pengurangan utang. Namun, ini juga membawa risiko, seperti berkurangnya sumber daya untuk operasi sehari-hari atau kehilangan aset strategis. Selain itu, jika kondisi pasar tidak mendukung, perusahaan mungkin harus menjual aset dengan harga lebih rendah dari nilai sebenarnya.

2. Spin-off (Pemutusan Unit Bisnis)

Spin-off adalah divestasi yang memisahkan unit bisnis dari perusahaan induk menjadi entitas independen. Perusahaan induk tetap memegang sebagian saham, namun unit bisnis beroperasi secara mandiri dengan struktur manajerial sendiri.

Tujuan utama spin-off adalah untuk memberikan fokus yang lebih besar pada unit yang tidak sesuai dengan tujuan jangka panjang induk. Proses ini dapat mempercepat perkembangan unit bisnis dan meningkatkan perhatian pasar. Namun, spin-off membawa tantangan, termasuk biaya restrukturisasi tinggi dan hilangnya kendali atas unit yang dipisahkan.

3. Penawaran Saham (IPO - Initial Public Offering)

Penawaran saham atau IPO adalah proses di mana perusahaan menawarkan saham unit bisnisnya kepada publik untuk pertama kalinya. IPO umumnya dilakukan untuk mengumpulkan dana yang signifikan bagi ekspansi atau investasi lebih lanjut.

Proses ini memberikan perusahaan akses ke pasar modal dan memperluas basis investor. Keuntungan utama IPO adalah memperoleh pendanaan besar dan meningkatkan visibilitas pasar. Namun, IPO juga memerlukan biaya tinggi, proses yang panjang, serta mengurangi kontrol pemegang saham utama karena perusahaan harus berbagi kepemilikan dengan publik.

4. Likuidasi (Liquidation)

Likuidasi adalah jenis divestasi yang dilakukan ketika perusahaan mengalami kesulitan finansial atau tidak lagi menguntungkan. Proses ini melibatkan penjualan seluruh aset perusahaan untuk membayar utang dan menghentikan operasional bisnis. Likuidasi sering terjadi ketika perusahaan tidak bisa melakukan restrukturisasi atau memperbaiki kondisi keuangannya.

Meskipun membantu menyelesaikan kewajiban finansial, likuidasi menyebabkan perusahaan kehilangan semua operasi dan aktivitasnya. Jika aset dijual dengan harga lebih rendah, pemegang saham dan kreditor bisa tidak menerima pembayaran penuh, yang merugikan pihak terkait.

5. Carve-Out

Carve-out adalah divestasi di mana perusahaan menjual sebagian saham unit bisnis untuk menciptakan entitas baru, namun tetap terhubung dengan induk. Perusahaan induk mempertahankan sebagian besar saham, sementara unit bisnis menjadi lebih independen.

Keuntungannya, perusahaan bisa mendapatkan dana tanpa sepenuhnya melepaskan kendali. Carve-out memungkinkan unit bisnis berkembang lebih cepat. Namun, proses ini menambah kompleksitas operasional karena kolaborasi antara induk dan unit bisnis.

6. Sale and Leaseback

Sale and leaseback adalah transaksi di mana perusahaan menjual aset, seperti properti atau peralatan, lalu menyewanya kembali. Perusahaan tetap bisa menggunakan aset tersebut, namun harus membayar biaya sewa kepada pemilik baru.

Ini sering dilakukan untuk menghasilkan dana cepat guna mendanai kegiatan bisnis atau mengurangi utang. Keuntungan utama adalah memperoleh dana tanpa kehilangan akses atas aset. Namun, perusahaan harus siap dengan pengeluaran jangka panjang berupa biaya sewa yang lebih tinggi daripada biaya kepemilikan.

7. Joint Venture (JV)

Joint venture (JV) adalah divestasi di mana perusahaan membentuk kemitraan dengan pihak lain untuk mengelola unit bisnis bersama. Dalam JV, perusahaan menjual sebagian aset atau unit bisnis kepada mitra. Keuntungannya adalah berbagi sumber daya, risiko, dan keahlian untuk memperluas pasar.

Namun, perusahaan kehilangan kontrol penuh atas unit bisnis dan dapat menghadapi konflik jika ada perbedaan strategi. JV membantu mengurangi beban operasional dan keuangan dengan berbagi tanggung jawab.