Bursa Asia Loyo Disaat Wall Street Perkasa Usai Donald Trump Kenakan Tarif Pajak Baru
- Pixabay
Asia, VIVA – Bursa Asia-Pasifik bergerak beragam pada pembukaan perdagangan pasar, Rabu, 27 November 2024. Sementara Wall Street menunjukkan kinerja apik lantaran dua indeks acuannya mencapai ke level tertinggi.
Para investor di kawasan Asia segera menilai laporan inflasi bulan Oktober dari Australia yang akan dirilis pada Rabu (27/11/2024) sore. Pasar memperkirakan inflasi bulan Oktober naik menjadi 2,3 persen secara year on year (YoY).
Pada bulan September, tingkat inflasi negara Kangguru berada pada level 2,1 persen. Jika laporan sesuai prediksi pasar maka tingkat inflasi Australia tumbuh 0,2 persen dari bulan sebelumnya.
Dikutip dari CNBC Internasional, indeks S&P/ASX 200 Australia diperdagangkan lebih tinggi 0,5 persen. Nikkei 225 Jepang merosot sebesar 0,35 persen yang diikuti penurunan indeks Topix sebanyak 0,5 persen.
Indeks Kospi juga terkoreksi sebanyak 0,4 persen pada awal pembukaan bursa. Begitu pula Kosdaq yang terdiri dari saham berkapitalisasi kecil menunjukkan pelemahan sebesar 0,65 persen.
Indeks Hang Seng Hong Kong berada sedikit lebih tinggi dibandingkan penutupan terakhir. Indeks HSI naik tipis dari level 19.159,2 menjadi 19.172.
Sementara di Wall Street, ketiga indeks saham menunjukkan kenaikan. Nasdaq Composite melonjak 0,63 persen menjadi 19.174,30.
Indeks Dow Jones Industrial Average mencapai menorehkan penutupan tertinggi di level 44.860,31 usai menguat sebanyak 123,74 poin atau 0,28 persen. S7P 500 juga melambung 0,57 persen sehingga membawa ke rekor baru pada level 6.021,63.
Kinerja Wall Street ditopang keputusan Presiden Donald Trump yang menyerukan tarif sebesar 25 persen atas produk dari Meksiko dan Kanada. Trump juga menetapkan pungutan tambahan sebesar 10 persen pada barang-barang asal China.
Trump akan mengenakan tarif hingga 20 persen pada semua impor. Lebih lanjut, adanya bea tambahan setidaknya 60 persen pada produk dari China.
Analis pasar menyatakan para pelaku pasar terlihat mengabaikan pengumuman Trump karena mereka memperkirakan pajak tersebut tidak akan benar-benar diberlakukan. Sebagian lagi telah memperhitungkan tarif pajak baru tersebut.