Meneropong Masa Depan Pasar Komoditas Indonesia di Situasi Global Tak Menentu, Investor Harus Apa?

Bijih nikel mentah yang siap diolah menjadi feronikel (Foto Ilustrasi).
Sumber :
  • Antara

Jakarta, VIVA – Situasi ekonomi global semakin tidak pasti setelah Donald Trump mengungguli Kamala Harris pada pemilu Amerika Serikat (AS) awal pekan November lalu. Begini prediksi analis tentang kondisi pasar komoditas Indonesia.

Analyst Research Mirae Asset Sekuritas, Rizkia Darmawan, membeberkan pasar komoditas dalam negeri menghadapi tantangan sekaligus peluang yang bervariasi pada kuartal-IV 2024. Darma memperhitungkan harga komoditas akan lebih berfluktuasi dibandingkan kuartal sebelumnya.

Gejolak harga komoditas dipengaruhi sentimen global. Salah satunya adalah kemenangan Trump pada pemilu AS yang cukup memberikan efek signifikan terhadap pasar internasional dan domestik.

Darma menyampaikan tingginya fluktuasi harga komoditas dapat dimanfaatkan pelaku pasar untuk bertransaksi jangka pendek. Khususnya pada emiten perusahaan yang bisnisnya terkait komoditas. 

Ilustrasi Perang Harga

Photo :
  • freepik.com/freepik

Lebih lanjut, Darma memaparkan penurunan harga komoditas global telah memberikan dampak langsung pada sektor energi dan logam dasar. Terutama pada harga minyak mentah dan beberapa bahan kimia.

"Sektor logam tertentu, seperti logam dasar yang digunakan dalam industri elektronik dan otomotif, tetap mengalami pertumbuhan yang stabil seiring dengan permintaan industri yang kuat," ucap Darma yang dikutip dari keterangan resmi perusahaan pada Rabu (13/11/2024).

Naik-turunnya harga minyak mentah merupakan dampak dari ketidakpastian pasar global dan kebijakan ekonomi AS. Pergerakan harga minyak mentah juga diperkirakan akan memberikan efek domino terhadap perubahan harga energi. 

Darma meramal harga minyak akan mengalami tekanan hingga akhir tahun 2024. Artinya akan berdampak pada pendapatan dari sektor energi dalam negeri. 

Di sisi lain, logam dasar yang mencakup nikel dan tembaga terus menunjukkan potensi positif. Tren lonjakan terjadi karena dua material tersebut merupakan bahan utama dalam produksi baterai kendaraan listrik, terutama di kawasan Asia Tenggara.