Sri Mulyani Ungkap Dampak Kemenangan Trump di AS ke Kurs Rupiah

Pidato Kemenangan Donald Trump di Pilpres AS
Sumber :
  • (AP Photo/Alex Brandon)

Jakarta, VIVA – Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati mengatakan, kemenangan Donald Trump dalam Pilpres di Amerika Serikat (AS) bakal berdampak signifikan pada pasar keuangan global. Dampaknya juga terjadi ke kurs rupiah terhadap dolar AS.

Meski mengakui adanya perbaikan di pasar keuangan, namun Menkeu mengatakan bahwa pada pekan ini pengaruh sentimen politik pasca pemilu AS masih akan cukup kuat.

"Terpilihnya kembali Presiden Trump itu juga memberikan sentimen cukup kuat pada minggu ini," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KiTA di kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Jumat, 8 November 2024.

Pekerja menunjukkan uang Rupiah dan Dolar Amerika Serikat di sebuah tempat penukaran uang di Jakarta.

Photo :
  • ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay

Meskipun sempat terjadi penguatan kurs Rupiah sampai ke level Rp 15.200 pada Oktober 2024 lalu, namun Sri Mulyani mengakui bahwa Rupiah kembali tertekan oleh sejumlah hal yang memicu ragam ketidakpastian global. Dampak yang memberi pengaruh ke kurs rupiah antara lain keputusan Bank Sentral AS alias The Federal Reserve (The Fed) terkait penurunan suku bunga dan kembali terpilihnya Trump sebagai Presiden di Pemilu AS.

"Dengan terpilihnya Presiden Trump, indeks dolar mengalami penguatan sehingga nilai tukar Rupiah kita juga cenderung mengalami tekanan dalam minggu ini," ujarnya.

Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, dalam konferensi pers APBN KiTA di kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Jumat, 8 November 2024

Photo :
  • VIVA.co.id/Mohammad Yudha Prasetya

Meski demikian, Menkeu berpendapat bahwa secara keseluruhan kinerja Rupiah relatif masih stabil dibandingkan dengan negara-negara lain, baik di antara negara-negara G7 maupun G20. Tercatat, depresiasi rupiah sepanjang 2024 mencapai sebesar 2,68 persen, atau masih lebih baik dibandingkan Kanada (4,46 persen), Filipina (5,69 persen), dan Korea Selatan (6,79 persen).

Sementara yield dari surat berharga negara (SBN) Indonesia menurut Sri Mulyani memang sempat naik, meskipun secara keseluruhan yield pada Oktober 2024 mengalami penurunan. Dengan yield US Treasury 10 tahun yang naik ke level 4,4 persen, Menkeu memastikan bahwa spread antara obligasi pemerintah Indonesia dan US Treasury 10 tahun masih cukup rendah.

"Jadi walaupun Fed Fund Rate turun, tapi counter sentiment terhadap politik di Amerika, terutama dari sisi terpilihnya Presiden Trump dan outlook atau proyeksi terhadap budget federal, memberikan dampak yang berbeda terhadap US Treasury," kata Sri Mulyani.

Terkait aliran modal asing, tercatat adanya inflow ke pasar SBN Indonesia sebesar Rp 14,98 triliun pada Oktober 2024. Namun berbalik menjadi outflow sebesar Rp 4,12 triliun pada November 2024, usai terpilihnya Presiden Trump. Meski demikian, Menkeu mengatakan bahwa inflow SBN Indonesia sepanjang 2024 tercatat sebesar Rp 39,4 triliun, sehingga mampu menjaga stabilitas yield SBN Indonesia.

"Pemerintah akan terus memantau kondisi perekonomian dan pasar keuangan jelang akhir tahun. Harapannya, perekonomian Indonesia dapat tetap tumbuh dengan positif sampai akhir tahun, seiring dengan pengelolaan APBN dan proyeksi perekonomian yang akan terus diperbarui hingga kuartal IV-2024," ujarnya.