Rusia Naikkan Suku Bunga hingga Rekor Tertinggi, Ini Alasannya

Bendera Rusia.
Sumber :
  • ANTARA FOTO

Jakarta, VIVA – Bank Sentral Rusia kembali menaikkan suku bunga utama sebesar dua persen menjadi 21 persen pada hari Jumat, 25 Oktober 2024. Ini merupakan tingkat yang tertinggi sepanjang sejarah. 

Melansir dari Euro News, Senin, 28 Oktober 2024, kebijakan ini diambil untuk mengendalikan inflasi yang semakin naik. Peningkatan inflasi tersebut didorong oleh tingginya belanja pemerintah, khususnya untuk keperluan militer, yang menekan kapasitas ekonomi Rusia untuk memenuhi kebutuhan barang dan jasa di dalam negeri.

Bank Sentral Rusia dalam pernyataannya menyebutkan bahwa permintaan dalam negeri sangat tinggi, melampaui kemampuan produksi barang dan jasa. Akibatnya, harga-harga terus naik, sementara ekspektasi inflasi juga makin meningkat. 
 

Suku bunga bank

Photo :
  • Dokumentasi Rumahku.com

Bank sentral ini juga memberikan sinyal akan ada kemungkinan kenaikan suku bunga lebih lanjut pada Desember mendatang jika kondisi belum membaik. Selain pengeluaran pemerintah untuk militer, ekonomi Rusia masih ditopang oleh penerimaan dari ekspor minyak. 

Sayangnya, tingginya belanja domestik juga turut memicu inflasi. Dengan menaikkan suku bunga, Bank Sentral Rusia berharap dapat menekan pengeluaran masyarakat karena biaya pinjaman yang lebih mahal, sehingga bisa mengurangi tekanan pada harga barang-barang.

Kenaikan suku bunga menjadi 21 persen ini diketahui merupakan yang tertinggi sejak suku bunga ini diperkenalkan pada 2013. Sebelumnya, tingkat tertinggi adalah 20 persen pada Februari 2022, ketika Rusia berusaha mempertahankan nilai rubel setelah diberlakukannya sanksi besar-besaran terkait konflik dengan Ukraina.

Meski dihantam oleh sanksi, ekonomi Rusia tetap tumbuh 4,4 persen pada kuartal kedua 2024 dengan tingkat pengangguran yang rendah di 2,4 persen. Banyak pabrik yang beroperasi maksimal untuk memenuhi kebutuhan militer seperti kendaraan dan pakaian, serta mengisi kekosongan barang impor yang terganggu akibat sanksi.

Pendapatan negara juga masih ditopang oleh ekspor minyak dan gas. Walaupun negara-negara Barat menetapkan batas harga sebesar USD60 per barel untuk minyak Rusia, Rusia berhasil mengatasinya dengan menggunakan armada kapal tanker sendiri. Rusia tetap meraup sekitar USD17 miliar dari ekspor minyak pada bulan Juli.