Cerita Bahlil Berhasil Kuliah di UI Demi Wujudkan Keinginan Almarhum Ayahnya

Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia di UI
Sumber :
  • VIVA.co.id/Rinna Purnama (Depok)

Depok, VIVA – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia berhasil mewujudkan keinginan almarhum ayahnya untuk mengenyam pendidikan di Universitas Indonesia (UI). Sekitar 28 tahun lalu, saat masih di kampung halaman, Bahlil pernah dipanggil oleh ayahnya. Saat itu, ayahnya memberi pesan yang cukup membuatnya terpacu untuk maju.

“Ada satu saya mau cerita sedikit tahun 1994- 1995, ada anak kampung di pelosok Nusantara, ujung Timur sekali, waktu itu nakal sekali itu anak, nakalnya minta ampun karena hidupnya di terminal. Ayahnya dan ibunya sudah susah untuk mengatur kira-kira begitu. Sampai suatu ketika sore hari, ayahnya mengatakan begini, Kamu kalau begini terus kapan kamu jadi manusia,” kata Bahlil saat sambutan usai menjalani sidang Promosi Doktor di Sekolah Kajian Stratejik dan Global (SKSG) UI, Rabu 16 Oktober 2024.

Mentri ESDM Bahlil Lahadalia saat sidang promosi Doktor di UI

Photo :
  • VIVA.co.id/Rinna Purnama (Depok)

Bahlil mengenang kata-kata ayahnya yang sangat bermimpi agar anaknya dapat kuliah di UI. Sebagai orang yang tinggal di desa, ayahnya beranggapan bahwa kuliah di UI adalah sesuatu yang sangat hebat.

“Jadi waktu itu ayah mengatakan begini, suatu saat dia bermimpi ada anaknya yang sekolah di UI, karena waktu itu pikiran orang kampung itu di UI itu hebat banget, sangat hebat dan memang hebat gitu kira-kira memang hebat, dan memang hebat,” ungkapnya.

Sejak mendapat pesan dari ayahnya, Bahlil pun terus memikirkan bagaimana keinginan tersebut terwujud. Dalam hatinya, Bahlil selalu berharap suatu saat impian ayahnya bisa terjadi. Hingga akhirnya tahun 2022 lalu dirinya mendaftar di program Doktoral SKSG UI dan diterima.

“Anak tersebut selalu menjadikan (keinginan ayahnya-red) sebagai inspiring, nggak pernah terpikir untuk bisa diwujudkan, tapi dia selalu ada dalam hatinya terpikir, kapan itu terjadi Wallahualam. Tahun 1994-1995, tapi anak tersebut tidak bisa ke Jakarta karena nggak punya duit, akses juga susah, naik kapal perintis, susah. Ke Jayapura aja naik 14 hari kapal perintis yang isinya itu campur ayam, kambing, sama bahan-bahan sembako. Waktu berjalan, 28 tahun kemudian anak tersebut masuk di Jakarta dan bisa masuk di UI,” ujarnya.

Bahlil mengenyam pendidikan Doktoral di SKSG UI program studi Kajian Stratejik dan Global. Dalam disertasinya, Bahlil mengulas soal Kebijakan, Kelembagaan, dan Tata Kelola Hilirisasi Nikel yang Berkeadilan dan Berkelanjutan di Indonesia. Bahlil pun sudah menjalankan sidang terbuka dan dinyatakan sebagai Doktor Baru.

“Dan Alhamdulillah hari ini menyelesaikan mimpi ayahnya yang 30 tahun lalu. Jadi itulah ayah saya dan saya berterima kasih karena dorongan dari keluarga, kepada ibu saya, istri anak-anak saya,” ucapnya.

Bahlil juga mengucapkan terima kasih pada Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Ma’ruf Amin yang memberikan dukungan padanya untuk dapat menjalani studi di UI. Dia pun mengaku kerap izin dari rapat selama menjalani pendidikan Doktoral.

“Dan lebih khusus kepada Bapak Presiden Jokowi dan Bapak Wapres Pak Kiai Ma'ruf Amin yang selalu memberikan support kepada kami untuk bisa melanjutkan studi, karena kalau kami tidak bisa melanjutkan biasanya rapatnya tidak mengenal hari soalnya Sabtu Minggu pun kadang-kadang rapat.

Tapi tidak kuliah pun kita bilang, pak saya lagi kuliah. Jadi UI ini juga membuat privilege bagi saya untuk meminta izin dengan sedikit, tapi untuk kebaikan,” pungkasnya.

Bahlil tercatat sebagai mahasiswa doktor pada SKSG UI mulai pada tahun akademik 2022/2023 term 2 hingga 2024/2025 term 1. Masa studi ini sesuai dengan Peraturan Rektor UI Nomor 016 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Program Doktor di UI pada pasal 14 yang menyebutkan bahwa Program Doktor dirancang untuk 6 (enam) semester, dan dapat ditempuh sekurang-kurangnya dalam 4 (empat) semester dan selama-lamanya 10 (sepuluh) semester.

Dengan gelar doktor ini, Bahlil Lahadalia memperkuat posisinya sebagai pemimpin yang tidak hanya berorientasi pada pengembangan kebijakan, tetapi juga memiliki pemahaman mendalam tentang tata kelola sumber daya yang berkelanjutan.