BI Sebut Rupiah Melemah 2,82 Persen Dipengaruhi Konflik di Timur Tengah

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo dan jajaran Deputi Gubernur BI saat konferensi pers Pengumuman Hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI Oktober 2024.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Anisa Aulia

Jakarta, VIVA - Bank Indonesia (BI) mengungkapkan, nilai tukar rupiah tercatat mengalami pelemahan sebesar 2,82 persen point to point (ptp) pada bulan ini hingga 15 Oktober 2024.

Gubernur BI, Perry Warjiyo menjelaskan, melemahnya nilai tukar rupiah ini utamanya disebabkan karena memanasnya geopolitik di Timur Tengah.

"Nilai tukar rupiah pada Oktober 2024 melemah sebesar 2,82 persen ptp dari bulan sebelumnya. Pelemahan nilai tukar tersebut terutama dipengaruhi oleh peningkatan ketidakpastian global akibat eskalasi ketegangan geopolitik di Timur Tengah," ujar Perry dalam konferensi pers di Kantor Pusat Bank Indonesia, Jakarta, Rabu, 16 Oktober 2024.

Lembaran mata uang rupiah dan dolar AS di Jakarta.

Photo :
  • ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari

Meski demikian, Perry mengatakan, bila dibandingkan dengan level akhir Desember 2023, nilai tukar rupiah terdepresiasi sebesar 1,17 persen, atau lebih baik dibandingkan beberapa negara

"Lebih baik dibandingkan dengan pelemahan peso Filipina, dolar Taiwan, dan won Korea yang masing-masing terdepresiasi sebesar 4,25 persen, 4,58 persen, dan 5,62 persen," jelasnya.

Ke depan, jelas Perry, nilai tukar rupiah diprakirakan stabil sejalan dengan menariknya imbal hasil, rendahnya inflasi, dan tetap baiknya prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia. Serta komitmen Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas perekonomian.

"Seluruh instrumen moneter akan terus dioptimalkan, termasuk penguatan strategi operasi moneter pro-market melalui optimalisasi instrumen SRBI, SVBI, dan SUVBI, untuk memperkuat efektivitas kebijakan dalam menarik aliran masuk modal asing dan mendukung penguatan nilai tukar rupiah," imbuhnya.