Tenggelam atau Selamat? Pahami Analisis Likuiditas untuk Bisnis Anda Sekarang!

Ilustrasi Analisis Likuiditas
Sumber :
  • pexels.com/Tima Miroshnichenko

VIVA – Pernahkah Anda khawatir bisnis Anda akan kehabisan uang? Masalah likuiditas memang menjadi momok menakutkan bagi banyak pengusaha di Indonesia. Ketidakmampuan membayar utang tepat waktu, kesulitan mengembangkan bisnis, hingga risiko kebangkrutan bisa terjadi jika likuiditas perusahaan tidak terkelola dengan baik.

Analisis likuiditas hadir sebagai solusi untuk mengukur seberapa sehat keuangan bisnis Anda. Dengan memahami konsep ini, Anda dapat mengidentifikasi potensi masalah sejak dini dan mengambil langkah-langkah preventif untuk menjaga kelangsungan hidup bisnis.

Artikel ini akan membahas secara detail tentang apa itu analisis likuiditas, jenis-jenis rasio likuiditas, serta cara menghitung dan meningkatkannya.

Mengenal apa itu Analisis Likuiditas

Analisis likuiditas adalah sebuah alat yang digunakan untuk mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban keuangan jangka pendeknya. Dengan kata lain, analisis ini bertujuan untuk mengetahui apakah perusahaan memiliki cukup kas atau aset lancar lainnya untuk membayar utang yang segera jatuh tempo, seperti utang kepada pemasok atau kewajiban gaji karyawan.

Tujuan utama dari analisis likuiditas adalah untuk memastikan kelangsungan hidup perusahaan. Dengan melakukan analisis ini, perusahaan dapat mengidentifikasi potensi masalah keuangan sejak dini dan mengambil langkah-langkah preventif.

Manfaat dari analisis likuiditas antara lain: membantu perusahaan dalam membuat keputusan yang lebih baik terkait pengelolaan kas, meningkatkan kepercayaan investor, serta menghindari risiko kebangkrutan.

Jenis-Jenis Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas merupakan salah satu indikator penting yang digunakan untuk menilai kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Dengan memantau rasio ini, kita dapat mengetahui seberapa sehat keuangan perusahaan, terutama dalam menghadapi kewajiban finansial mendesak.

Ada beberapa jenis rasio likuiditas yang umum digunakan, dan masing-masing memberikan gambaran yang berbeda mengenai likuiditas perusahaan. Berikut ini adalah beberapa rasio likuiditas yang perlu diperhatikan.

1. Current Ratio (Rasio Lancar)

Ilustrasi Rasio Lancar

Photo :
  • pexels.com/Robert Lens

Current Ratio adalah rasio yang paling umum digunakan untuk mengukur likuiditas suatu perusahaan. Rasio ini dihitung dengan membandingkan total aset lancar (seperti kas, piutang, persediaan) dengan total utang lancar (utang yang harus dibayar dalam jangka waktu satu tahun). Rumus current ratio adalah:

Current Ratio = Current Assets / Current Liabilities

Nilai current ratio yang ideal umumnya di atas 1, yang berarti perusahaan memiliki cukup aset lancar untuk menutup utang jangka pendeknya. Namun, nilai yang terlalu tinggi juga tidak selalu baik, karena bisa mengindikasikan bahwa perusahaan tidak efektif dalam menggunakan asetnya.

2. Quick Ratio (Rasio Cepat)

Ilustrasi Rasio Cepat

Photo :
  • pexels.com/Victor Zissou

Quick ratio adalah versi yang lebih konservatif dari current ratio, karena tidak memperhitungkan persediaan. Hal ini dikarenakan persediaan tidak selalu mudah dijual dengan cepat dan dikonversi menjadi kas. Rumus quick ratio adalah:

Quick Ratio = (Current Assets – Inventory) / Current Liabilities

Nilai quick ratio yang ideal juga umumnya di atas 1. Rasio ini memberikan gambaran yang lebih akurat tentang kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya tanpa harus mengandalkan penjualan persediaan.

3. Cash Ratio (Rasio Kas)

Ilustrasi Kas Rasio

Photo :

Cash ratio adalah rasio yang paling ketat dalam mengukur likuiditas, karena hanya memperhitungkan kas dan setara kas (seperti deposito berjangka). Rumus cash ratio adalah:

Cash Ratio = (Cash + Cash Equivalents) / Current Liabilities

Cash ratio memberikan gambaran yang paling jelas tentang kemampuan perusahaan dalam membayar utang jangka pendeknya secara tunai. Rasio ini sangat relevan untuk perusahaan yang beroperasi dalam industri dengan siklus kas yang tidak menentu atau perusahaan yang sedang menghadapi kesulitan keuangan.

4. Cash Turnover Ratio (Rasio Perputaran Kas)

Ilustrasi Perputaran Kas

Photo :
  • pexels.com/Csankovszki Tibor

Cash Turnover Ratio mengukur seberapa efisien suatu perusahaan dalam mengelola kasnya. Rasio ini menunjukkan seberapa sering rata-rata kas perusahaan berputar dalam satu periode tertentu untuk membiayai operasi. Rumus umum cash turnover ratio adalah:

Cash Turnover Ratio = Net Sales / Average Cash

Semakin tinggi nilai cash turnover ratio, semakin efisien perusahaan dalam menggunakan kasnya untuk menghasilkan penjualan. Namun, nilai yang terlalu tinggi juga bisa mengindikasikan bahwa perusahaan terlalu ketat dalam mengelola kas sehingga dapat menghambat pertumbuhan bisnis.

5. Working Capital to Total Asset Ratio ( Rasio Total Aset ​)

Ilustrasi Total Aset

Photo :
  • pexels.com/Towfiqu barbhuiya

Total aset rasio, atau sering disebut juga working capital to total asset ratio, mengukur proporsi modal kerja (current assets – current liabilities) terhadap total aset perusahaan. Rasio ini memberikan gambaran tentang seberapa besar bagian dari total aset yang dibiayai oleh modal kerja. Rumus total aset rasio adalah:

Total Asset Ratio = Working Capital / Total Assets

Semakin tinggi rasio ini, semakin besar proporsi aset yang dibiayai oleh modal kerja. Ini bisa menjadi indikasi bahwa perusahaan memiliki likuiditas yang baik, namun juga bisa menunjukkan ketergantungan yang tinggi pada pendanaan jangka pendek.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Likuiditas

Likuiditas perusahaan merupakan cerminan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban keuangan jangka pendeknya. Banyak faktor, baik internal maupun eksternal, yang dapat mempengaruhi tingkat likuiditas suatu perusahaan.

1. Faktor Internal

Faktor internal perusahaan sangat berpengaruh terhadap likuiditas. Salah satu faktor penting adalah biaya pendanaan eksternal. Meskipun dipengaruhi oleh kondisi pasar, kebijakan keuangan dan rekam jejak kredit perusahaan juga turut menentukan besaran biaya ini.

Selain itu, keputusan investasi yang diambil perusahaan juga memiliki dampak signifikan. Dengan cermat memilih proyek-proyek yang sejalan dengan strategi bisnis dan kemampuan keuangan, perusahaan dapat mengelola likuiditas secara lebih efektif.

2. Faktor Eksternal

Faktor eksternal memiliki pengaruh yang signifikan terhadap likuiditas perusahaan. Permintaan transaksi untuk likuiditas, yang dipengaruhi oleh kondisi pasar dan siklus bisnis, seringkali berada di luar kendali perusahaan.

Selain itu, ketidakpastian arus kas yang timbul akibat fluktuasi harga, perubahan kebijakan pemerintah, atau kondisi ekonomi yang tidak stabil juga menjadi faktor eksternal yang perlu diperhatikan. Faktor-faktor ini dapat menyebabkan fluktuasi yang signifikan pada kebutuhan akan kas dan dapat berdampak pada likuiditas perusahaan.

Analisis likuiditas merupakan langkah krusial dalam menjaga kesehatan keuangan perusahaan. Melalui analisis ini, kita dapat mengidentifikasi seberapa baik perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya mulai dari faktor internal hingga faktor eksternal yang mempengaruhi likuiditas.

Dengan memahami faktor-faktor ini, perusahaan dapat mengambil langkah-langkah proaktif untuk menjaga likuiditas yang cukup. Oleh karena itu, sangat disarankan bagi setiap pelaku bisnis untuk secara rutin melakukan analisis likuiditas atau berkonsultasi dengan ahli keuangan untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam.