Tapera di Bawah Mikroskop: Untung atau Rugi?

Ilustrasi Tapera
Sumber :
  • pexels.com/David McBee

VIVA – Miliki rumah sendiri adalah impian setiap keluarga Indonesia. Namun, dengan harga properti yang terus meroket dan biaya hidup yang semakin tinggi, mewujudkan mimpi tersebut terasa semakin sulit. Di tengah tantangan ini, pemerintah meluncurkan program Tapera sebagai upaya untuk membantu masyarakat memiliki rumah.

Sayangnya, program ini tidak serta-merta menjadi solusi bagi semua orang. Banyak pekerja yang merasa keberatan dengan potongan gaji yang cukup besar untuk Tapera, terlebih di tengah kondisi ekonomi yang tidak menentu. 

Program Tapera memiliki potensi besar untuk membantu masyarakat Indonesia memiliki rumah. Namun, perlu adanya perbaikan dan penyesuaian agar program ini dapat berjalan lebih efektif dan adil. Melalui artikel ini, kita akan mengupas tuntas program Tapera, mulai dari kelebihan dan kekurangannya. 

Mengenal Program TAPERA 

Tapera, singkatan dari Tabungan Perumahan Rakyat, adalah program pemerintah yang dirancang untuk membantu masyarakat, terutama pekerja, memiliki rumah sendiri. Program ini mewajibkan peserta untuk menyisihkan sebagian dari penghasilannya secara berkala.

Dana yang terkumpul kemudian dikelola oleh pemerintah dan dapat digunakan untuk membeli rumah pertama, renovasi rumah, atau bahkan sebagai dana pensiun. Tujuan utama Tapera adalah untuk meningkatkan kepemilikan rumah bagi masyarakat, khususnya bagi mereka yang memiliki penghasilan menengah ke bawah, serta menyediakan sumber pendanaan yang berkelanjutan untuk pembangunan perumahan di Indonesia.

Kelebihan Program TAPERA

Program TAPERA (Tabungan Perumahan Rakyat) hadir sebagai solusi untuk membantu masyarakat Indonesia, khususnya mereka yang berpenghasilan rendah, dalam memiliki hunian pertama mereka. Program ini menawarkan berbagai manfaat diantaranya

1. Memiliki Rumah Pertama

Ilustrasi Rumah Impian Generasi Muda

Photo :
  • Pexels.com

Tapera hadir sebagai solusi bagi masyarakat Indonesia yang mendambakan memiliki rumah sendiri. Dengan menabung secara berkala melalui program ini, peserta akan mendapatkan sejumlah dana yang dapat digunakan sebagai uang muka atau pelunasan sebagian dari KPR.

Subsidi bunga yang diberikan oleh pemerintah melalui Tapera juga membuat cicilan KPR menjadi lebih ringan. Hal ini membuat proses memiliki rumah pertama menjadi lebih mudah dan terjangkau bagi masyarakat, terutama bagi mereka yang baru memulai karier.

2. Renovasi Rumah

Ilustrasi Renovasi Rumah

Photo :
  • pexels.com/Rene Terp

Selain untuk membeli rumah pertama, dana Tapera juga dapat dimanfaatkan untuk merenovasi rumah yang sudah ada. Bagi peserta yang sudah memiliki rumah namun ingin memperbarui atau menambah fasilitas di rumahnya, Tapera menawarkan opsi yang menarik.

Dana yang terkumpul dapat digunakan untuk berbagai keperluan renovasi, seperti memperbaiki atap, membangun kamar tambahan, atau merenovasi dapur dan kamar mandi. Dengan demikian, Tapera tidak hanya membantu mewujudkan mimpi memiliki rumah, tetapi juga meningkatkan kualitas hidup penghuninya.

3. Dana Pensiun

Dana Pensiun

Photo :
  • guy2men/stock.adobe.com

Salah satu keunggulan Tapera adalah fleksibilitasnya. Selain untuk membeli rumah atau renovasi, dana Tapera juga dapat berfungsi sebagai dana pensiun. Setelah peserta mencapai usia pensiun atau berhenti bekerja, dana yang terkumpul dapat dicairkan seluruhnya atau sebagian untuk memenuhi kebutuhan hidup di masa tua.

Dengan demikian, Tapera tidak hanya menjadi solusi jangka pendek untuk masalah perumahan, tetapi juga memberikan jaminan finansial bagi masa depan peserta.

Kekurangan Program TAPERA

Meskipun program ini menawarkan berbagai manfaat, seperti akses kepemilikan rumah yang lebih mudah, ada beberapa kekurangan yang perlu diperhatikan oleh peserta. Hal ini penting diketahui agar masyarakat dapat mempertimbangkan dengan matang sebelum bergabung dengan program TAPERA. 

1. Potongan Gaji

Ilustrasi Terima Gaji

Photo :
  • Getty Images

Bagi banyak pekerja Indonesia, memiliki rumah sendiri adalah impian yang begitu besar. Namun, impian ini seringkali terbentur dengan kenyataan. Program Tapera hadir sebagai solusi, namun juga membawa dilema tersendiri.

Potongan gaji yang harus ditanggung untuk program ini, meski terbilang kecil, tetap menjadi beban tambahan yang harus dipikul, terlebih di tengah kebutuhan hidup yang semakin tinggi. Bandingkan dengan potongan gaji untuk keperluan lain seperti BPJS, seringkali pekerja merasa bahwa beban finansialnya semakin bertambah.

Survei informal menunjukkan bahwa sebagian besar pekerja merasa potongan gaji untuk Tapera cukup memberatkan, namun mereka tetap berharap program ini dapat membantu mereka mewujudkan mimpi memiliki rumah sendiri di masa depan.

2. Subsidi Silang

Ilustrasi Subsidi

Photo :
  • pexels.com/RDNE Stock project

Mekanisme subsidi silang dalam Tapera dapat diibaratkan seperti gotong royong. Peserta Tapera yang sudah memiliki rumah atau tidak membutuhkan dana Tapera untuk membeli rumah, secara tidak langsung membantu peserta lain yang masih membutuhkan dana untuk membeli rumah pertama.

Dana yang terkumpul dari peserta yang tidak menggunakannya akan digunakan untuk memberikan subsidi bunga yang lebih rendah atau fasilitas lainnya bagi peserta yang membutuhkan. Namun, mekanisme ini juga menimbulkan pro dan kontra.

Pendukung berargumen bahwa subsidi silang merupakan bentuk solidaritas sosial yang efektif untuk membantu masyarakat berpenghasilan rendah memiliki rumah. Sebaliknya, penentang berpendapat bahwa mekanisme ini tidak adil karena pekerja yang sudah memiliki rumah tetap harus membayar iuran.

3. Dampak terhadap Perusahaan

Ilustrasi Perusahaan

Photo :
  • pexels.com/Pixabay

Program Tapera tidak hanya berdampak pada pekerja, namun juga memberikan pengaruh signifikan terhadap perusahaan. Wajibnya perusahaan berkontribusi sebesar 0,5% dari gaji pekerja untuk Tapera, tentu saja menambah beban biaya operasional. Beberapa studi menunjukkan bahwa beban tambahan ini, terutama bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), dapat menghambat pertumbuhan bisnis.

Survei informal terhadap perusahaan mengungkapkan adanya kekhawatiran akan peningkatan biaya operasional dan potensi penurunan profitabilitas. Untuk mengatasi hal ini, diperlukan kolaborasi antara pemerintah, perusahaan, dan pekerja.

Pemerintah dapat memberikan insentif bagi perusahaan yang aktif dalam program Tapera, sedangkan perusahaan dapat mengkomunikasikan pentingnya program ini kepada karyawan dan mencari cara untuk mengoptimalkan penggunaan dana Tapera. Sementara itu, pekerja dapat lebih proaktif dalam memanfaatkan program Tapera untuk mencapai tujuan keuangan mereka.