Bahlil Ungkap Kondisi RI Dulu Negara Eksportir Minyak, Kini Impor
- VIVA.co.id/Anisa Aulia
Jakarta, VIVA - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia membeberkan kondisi terkini sektor minyak RI. Menurutnya, kondisi saat ini berbalik dari kondisi tahun 1996-1997, saat Indonesia masih menjadi negara eksportir minyak mentah.
Bahlil mengatakan, pada tahun 30 tahun belakangan tepatnya 1996-1997 produksi lifting minyak RI sebesar 1,6 juta juta barel per hari.
"Di saat itu 40 persen sampai 50 persen pendapatan negara itu bersumber daripada oli gas, pada saat itu. Makanya kita masuk di negara OPEC," ujar Bahlil dalam acara BNI Investor Daily Summit 2024 di JCC, Senayan, Jakarta, Rabu, 9 Oktober 2024.
Namun, jelas Bahlil, saat reformasi terjadi perubahan aturan yang mana Pertamina tidak lagi ada di bawah Presiden, menjadi di bawah Kementerian BUMN. Dia menyebut, perubahan itu menjadi salah satu yang membuat produksi dan lifting RI turun.
"Apa yang terjadi lifting kita turun terus, di samping memang sumur-sumur kita sudah lama, tetapi regulasi memang salah satu yang membuat persoalan ini." jelasnya.
Sehingga, jelas Bahlil, saat ini produksi lifting minyak RI hanya sebesar 600 ribu barel per hari pada tahun 2023 dan 2024. Hal ini menurutnya, berkebalikan dari kondisi 1996-1997.
"Jadi terbalik 30 tahun lalu antara lifting dan ekspor, berbalik dengan lifting dan impor di tahun 2023. Jadi kalau 1996-1997 kita ekspor 1 juta barel, di tahun 2023 kita impor 1 juta barel," ujarnya.