Peluang Besar RI Jadi Penguasa Ekonomi Digital di ASEAN

Transaksi digital.
Sumber :
  • TechFunnel

Jakarta, VIVA – Indonesia berpotensi menjadi pasar ekonomi digital terbesar di ASEAN. Hal ini seiring dengan 40-50 persen ekonomi digital ASEAN ada di Indonesia.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) sendiri sudah menekankan bahwa Indonesia memiliki peluang di sektor ekonomi digital. Dia memperkirakan ekonomi digital RI akan tumbuh hingga US$360 miliar atau Rp 5.800 triliun pada tahun 2030.

“Saya sudah berulang kali sampaikan soal potensi peluang digital Indonesia ke depan. Ekonomi digital akan tumbuh 4 kali lipat di tahun 2030 mencapai 210 hingga 360 billion USD, atau kalau dirupiahkan di angka 5.800 triliun rupiah,” kata Jokowi saat meresmikan FEKDI x KKI.

Adapun saat ini ekonomi digital Indonesia mencapai US$90 miliar. Dan pada tahun 2025 diharapkan pemerintah, ekonomi digital akan ada dalam kisaran US$130 miliar.

Ilustrasi transaksi digital.

Photo :
  • https://www.theasianbanker.com/

Presiden Jokowi juga memperkirakan pembayaran digital akan tumbuh 2,5 lipat pada 2030 atau mencapai US$760 miliar atau Rp 12.300 triliun. Hal ini pun didukung oleh puncak bonus demografi di tahun 2030.

“Kita juga didukung oleh puncak bonus demografi di tahun 2030, yaitu 68 persen berusia produktif termasuk di dalamnya gen Y, gen Z dan gen alpha,” ujarnya.

Untuk saat ini, Jokowi menyebut jumlah ponsel aktif di Indonesia mencapai 354 juta ponsel, atau melebihi jumlah penduduk yang mencapai 280 juta. Artinya, satu orang bisa memiliki ponsel lebih dari 1 dan dengan jumlah pengguna internet 185 juta.

E-commerce.

Photo :
  • Pixabay

“Ini jumlah yang sangat besar sekali, potensinya sangat besar sekali,” jelas dia.

Sementara itu, Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (Celios) sekaligus pengamat ekonomi digital, Nailul Huda menilai bahwa Indonesia akan menjadi pasar yang menarik bagi industri ekonomi digital global.

"Dengan besaran penduduk dan penetrasi internet yang cukup kencang, saya rasa Indonesia masih akan menjadi pasar yang menarik bagi industri ekonomi digital secara global. Saat ini pun, 45-50 persen ekonomi digital di ASEAN merupakan pasar Indonesia," ujar Huda saat dihubungi.

Menurut Huda, wajar bila Indonesia akan menjadi pasar ekonomi yang menarik bagi industri global. Ini karena Indonesia memiliki jumlah penduduk sebesar 270 jiwa, yang mana didominasi oleh Generasi Milenial dan Generasi Z.

"Sangat wajar melihat penduduk sebesar 270 juga jiwa dengan penduduk gen milenial dan gen Z yang mendominasi penduduk kita. Adaptasi digital akan sangat pesat kalo boleh saya bilang. Ke depan mungkin akan jauh lebih besar lagi," jelasnya.

Meski demikian, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menekankan terdapat sejumlah syarat agar ekonomi digital RI dapat tumbuh pesat di masa mendatang. Hal ini antara lain yakni crossborder e-Commerce dan perdagangan digital, digital ID, mobilitas talenta digital, e-payment, serta e-invoicing dan cyber security yang aman.

Menurutnya saat ini, ekosistem dan keuangan digital Indonesia juga sudah berkembang sangat pesat. Dalam hal ini dapat dilihat dari ranking World Digital Competitiveness Indonesia, yang naik dari peringkat 56 di 2019 menjadi peringkat 45 di 2023 lalu. 

"Bahkan jumlah startup kita di peringkat ke-6 secara global, lebih tinggi dari Jerman. Jadi kita di ASEAN nomor 1, dan Singapura di peringkat 11," kata Airlangga.

Ilustrasi startup

Photo :
  • Rentoday

Airlangga menjelaskan, terdapat enam pilar utama pendorong ekonomi digital RI. Bila dirinci di antaranya infrastruktur, sumber daya manusia, iklim bisnis dan keamanan cyber, penelitian inovasi dan pengembangan bisnis, pendanaan investasi, serta kebijakan regulasi. 

"Jawa masih mendominasi tingkat teratas daya saing (digital), karena infrastruktur. Tapi Sulawesi Tenggara masuk dalam 8 peringkat (teratas), karena lokasi infrastruktur digital dan Palapa Ring di paket tengah," ujarnya.