Manufaktur RI Kontraksi, Anindya Bakrie Sebut karena Investor Wait and See di Masa Transisi

Ketum Kadin Anindya Bakrie, Sarasehan Kadin Indonesia dengan Menko Perekonomian
Sumber :
  • VIVA.co.id/M Ali Wafa

Jakarta, VIVA – Purchasing Manager Index (PMI) Manufaktur Indonesia pada September 2024 masih lemah ke level 49,2 atau berada pada level kontraksi. Terkontraksinya PMI Manufaktur RI ini mengindikasikan bahwa Indonesia masih terjebak di zona merah atau mengalami kontraksi selama tiga bulan berturut-turut.

Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Anindya Bakrie mengatakan, indeks manufaktur Indonesia yang masih berada di zona kontraktif dikarenakan pengusaha masih ‘wait and see’ di masa transisi pemerintahan Jokowi-Prabowo Subianto.

"Memang dalam beberapa bulan terakhir, kita ketahui memang ini dalam transisi pemerintahan. Kemudian juga tahun politik sehingga seseorang banyak melihat, wait and see," ujar Anindya di Menara Kadin, Jakarta, Rabu, 2 Oktober 2024.

Ketum Kadin Anindya Bakrie, Sarasehan Kadin Indonesia dengan Menko Perekonomian

Photo :
  • VIVA.co.id/M Ali Wafa

Meski demikian, Anin, begitu panggilan akrabnya, mengatakan bahwa pengusaha tidak akan khawatir dengan kebijakan-kebijakan setelah presiden terpilih dilantik. 

"Tapi ke depannya kami tidak khawatir dengan kebijakan-kebijakan yang baik, yang pro bisnis dan rakyat. Ini tentu akan meningkatkan FDI, foreign direct investment," katanya. 

Sebelumnya, Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita, mengatakan lesunya sektor industri dalam tiga bulan terakhir diakibatkan oleh kurangnya regulasi yang tepat dari berbagai Kementerian/Lembaga. Penurunan kinerja PMI manufaktur itu memang tidak dipungkiri oleh Kemenperin, demi melihat kondisi ekonomi dunia yang masih melambat hingga akhir kuartal III-2024.

Namun, dengan berkaca pada negara-negara lainnya, Agus menjelaskan bahwa sektor manufaktur justru mengalami ekspansi. Dia pun menegaskan bahwa sektor industri saat ini membutuhkan dukungan yang tepat dan regulasi yang sesuai dari pemerintah.

"Agar bisa kembali ekspansif, sektor industri membutuhkan dukungan regulasi yang tepat dari berbagai Kementerian/Lembaga, sehingga industri dalam negeri bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri,” kata Agus dalam keterangannya, Selasa, 1 Oktober 2024.

Dia menjelaskan, kondisi sektor industri di negara-negara di Asia yang masih ekspansi, terjadi pada negara-negara seperti Filipina (53,7), Thailand (50,4), India (56,7), dan Taiwan (50,8). Sementara di Indonesia, indeks PMI hanya meningkat tipis ke 49,2, dari sebelumnya di level 48,9 pada bulan Agustus 2024.