Airlangga Sebut Pertumbuhan Ekonomi RI 5 Persen Saat Ini Tidak Biasa, Begini Penjelasannya

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto
Sumber :
  • VIVA.co.id/Anisa Aulia

Jakarta, VIVA – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto menyebut, pertumbuhan ekonomi RI yang saat ini ada di atas 5 persen merupakan hal yang tidak biasa. Data terbaru, pertumbuhan ekonomi kuartal II-2024 diketahui sebesar 5,05 persen. 

Airlangga mengatakan, tidak biasanya pertumbuhan ekonomi ini dikarenakan tingkat inflasi Agustus 2024 yang rendah yaitu sebesar di 2,12 persen. Angka itu lebih rendah bila dibandingkan laju inflasi pada tahun 2014 yang sebesar 8,5 persen, dengan pertumbuhan ekonomi di 5,02 persen. 

"Pertumbuhan kita ini menjadi pertumbuhan yang tidak biasa, karena kita inflasinya 2,1 persen. Jadi 2014 walaupun pertumbuhan bisa 5 persen tapi inflasinya di 8,5 persen," ujar Airlangga dalam Sarasehan Kadin Bersama Menteri Koordinator Bidang Perekonomian di Menara Kadin, Jakarta, Rabu, 2 Oktober 2024.

Ilustrasi Pertumbuhan Ekonomi/Realisasi Investasi.

Photo :
  • VIVA/M Ali Wafa

Airlangga juga menyinggung terkait tingkat suku bunga Bank Indonesia (BI) yang kini telah single digit dari yang sebelumnya di level 12 persen. Adapun berdasarkan data BPS, suku bunga BI pada 2005 secara tahunan pernah ada di level 12,45 persen. 

"Baru dalam 10 tahun ini tingkat suku bunga bisa single digit, sebelumnya Indonesia selalu antara 12 sampai 18 persen. Tetapi dengan capaian sekarang tentu tingkat suku bunga seharusnya kita bisa dorong untuk lebih rendah lagi," jelasnya.

Di sisi lain, saat ini tingkat kemiskinan sudah single digit di 9,03 persen, dan pengangguran terbuka ada di 4,82 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa orang yang bekerja saat ini sudah sekitar 142 juta. 

Lalu, Airlangga juga membandingkan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia di 2014 yang sebesar Rp 10.000 triliun, dan saat ini sudah mencapai Rp 20.000 triliun. 

"Pada saat 2014 neraca perdagangan kita negatif, tapi sekarang kita punya neraca perdagangan positif. Cadangan devisa di 2014 itu hanya US$100 miliar, sekarang sudah US$150 miliar," jelasnya.