Indonesia Resmi Alami Deflasi 5 Bulan Beruntun

Ilustrasi deflasi-pedagang cabai
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay

Jakarta, VIVA – Indonesia resmi mengalami deflasi selama 5 bulan beruntun. Hal itu diumumkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dalam konferensi pers hari ini, Selasa, 1 Oktober 2024.

BPS mengumumkan inflasi sebesar 0,12 persen terjadi pada September 2024 secara bulanan atau month to month (mtm). Sedangkan secara tahunan atau year on year (yoy) terjadi inflasi sebesar 1,84 persen.

Sebelumnya, pada Agustus juga tercatat deflasi 0,03 persen, Juli 0,18 persen, Juni 0,08 persen, dan Mei 0,03 persen.

"Deflasi pada September 2024 ini tercatat lebih dalam dibandingkan Agustus 2024, dan merupakan deflasi kelima pada tahun 2024," kata Plt. Kepala Badan Pusat Statistik, Amalia Adininggar Widyasanti dalam konferensi pers di kantor BPS, Jakarta, Selasa, 1 Oktober 2024.

Plt. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia Adininggar Widyasanti

Photo :
  • VIVA.co.id/Anisa Aulia

Deflasi umumnya terjadi karena penurunan jumlah uang beredar di masyarakat hingga berkurangnya permintaan barang. Berdasarkan KBBI, Deflasi merupakan penambahan nilai mata uang, antara lain dengan pengurangan jumlah uang kertas yang beredar dengan tujuan mengembalikan daya beli yang yang nilainya turun. Deflasi merupakan fenomena penurunan harga yang ada di dalam suatu wilayah. Deflasi terjadi karena kekurangan jumlah uang beredar yang menyebabkan daya beli masyarakat menjadi turun.

Secara bulanan, BPS juga mencatat Indeks Harga Konsumen (IHK) mengalami penurunan dari 106,06 pada Agustus 2024 menjadi 105,93 pada September 2024.

"Pada September 2024 terjadi deflasi sebesar 0,12 persen secara bulanan. Sementara itu secara yoy terjadi inflasi sebesar 1,84 persen dan secara tahun kalender atau year to date terjadi inflasi sebesar 0,74 persen," ujarnya.

Dia menjelaskan, kelompok pengeluaran penyumbang deflasi terbesar adalah makanan minuman (mamin) dan tembakau dengan deflasi sebesar 0,59 persen. Dalam hal ini memberikan andil deflasi sebesar 0,17 persen.

Sementara itu, terdapat komoditas yang memberikan andil inflasi di antaranya ikan segar dan kopi bubuk dengan andil inflasi masing-masing sebesar 0,02 persen.

"Biaya kuliah akademi atau perguruan tinggi, kemudian tarif angkutan udara dan juga sigaret kretek mesin yang memberikan andil inflasi masing-masing sebesar 0,01 persen," katanya.