Kisah Marsiyati, Nasabah Mekaar PNM yang Bangkit dari Kemiskinan
- VIVA/Trisya Frida
Banyuwangi, VIVA – Marsiyati, seorang ibu rumah tangga dari Desa Telemungsari, Kalipuro, Banyuwangi, merupakan salah satu dari jutaan perempuan yang berhasil keluar dari jerat kemiskinan berkat program Mekaar (Membina Ekonomi Keluarga Sejahtera) dari PT Permodalan Nasional Madani (PNM).
Program Mekaar yang merupakan bagian dari Holding Ultra Mikro, telah menjadi tulang punggung dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat kecil, khususnya ibu-ibu dari kalangan ekonomi lemah. Sejak berdiri pada tahun 2016, PNM melalui Mekaar terus memperluas jangkauannya hingga ke berbagai wilayah Indonesia, terutama daerah dengan tingginya tingkat kemiskinan.
Marsiyati pertama kali bergabung dengan Mekaar pada tahun 2017. Awalnya, ia hanya meminjam dana sebesar Rp2 juta, namun seiring waktu, jumlah plafon pinjamannya terus meningkat hingga Rp10 juta. Peningkatan ini terjadi berkat kemampuannya dalam mengelola usahanya dengan baik serta rekam jejak pembayaran yang lancar.
“Ya bertahap, pertama itu Rp2 juta, Rp3 juta, Rp4 juta, Rp5 juta, kayak gitu. Pertahun, misalkan saya sekarang ini kan 2 tahun, kalau dulu kan 1 tahun,” jelas Marsiyati kepada VIVA pada Jumat, 27 September 2024.
“Itu pinjam lagi ke Mekaar itu 1 tahun, itu naik 1 juta, jadinya 3 juta. Nanti setahun lagi naik, itu 4 juta,” tambahnya.
Mekaar, sebagai program pemberdayaan, tidak hanya memberi akses mudah ke pembiayaan tanpa jaminan, tetapi juga mendampingi nasabah agar bisa mengembangkan usahanya hingga dapat naik kelas ke lembaga keuangan formal.
Dalam usahanya, Marsiyati tidak hanya bergelut dalam satu bidang. Ia memulai usaha ternak kambing dan kemudian merambah ke bisnis mebel. Dari hasil beternak kambing, ia mampu mendapatkan pendapatan sekitar Rp2 juta hingga Rp3 juta per bulan jika ada pembeli.
Penghasilan tersebut ia putar kembali untuk modal membeli kayu guna usaha mebel yang dikelola bersama suaminya. Usaha mebel ini juga memberikan tambahan pendapatan bagi keluarganya, terutama dari pembuatan lemari, meja, dan tempat tidur.
“Nanti kalau ada yang beli meja, lemari, tempat tidur itu, buat kayu, itu kan penghasilannya kadang dapat 2 juta, 3 juta, kayak gitu. Itu penghasilannya buat dimakan sehari-hari, buat bayar anak sekolah, kayak gitu,” terangnya.
Menurut Marsiyati, bantuan dari program Mekar sangat membantu usahanya berkembang. Ia bercerita bahwa pinjaman awal yang diterimanya benar-benar menjadi titik balik bagi kehidupannya dan keluarganya. Dengan dukungan dari Mekar, Marsiyati mampu membiayai kebutuhan sehari-hari, menyekolahkan anak-anaknya, dan terus mengembangkan usahanya.
“Manfaatnya itu banyak, sangat membantu dari Mekaar ini. Saya bilang terima kasih sudah membantu di Mekar,” ucap Marsiyati.
Tak hanya itu, Marsiyati juga berperan aktif dalam komunitas nasabah Mekar di desanya. Ia dipercaya menjadi ketua kelompok sejak pertama kali program Mekar hadir di desanya. Sebagai ketua kelompok, Marsiyati memastikan bahwa semua anggota kelompok membayar cicilan tepat waktu dan saling mendukung satu sama lain.
“Di sini ya aman kayak gitu, seperti pembayaran itu lancar bayarnya. Nggak pernah ada yang telat, nggak pernah tanggung renteng, nggak pernah sama sekali,” terangnya.
Kini, di usia 34 tahun, Marsiyati bisa merasakan perubahan besar dalam hidupnya. Melalui program Mekar, ia tidak hanya bisa keluar dari kemiskinan, tetapi juga menjadi inspirasi bagi banyak perempuan di desanya untuk ikut serta mengembangkan usaha dan meningkatkan kesejahteraan keluarga mereka.