Smelter Amman Diklaim Murni Milik Orang Indonesia, Bahlil: No Asing, No Aseng!
- VIVA.co.id/Anisa Aulia
Jakarta, VIVA – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia menegaskan, smelter tembaga milik PT Amman Mineral merupakan smelter pertama di Indonesia, yang dimiliki sepenuhnya secara nasional.
Sebab, PT Amman Mineral sendiri merupakan perusahaan yang asli dimiliki sepenuhnya oleh orang Indonesia, tanpa ada intervensi pihak asing. Bahkan, Bahlil mengklaim bahwa PT Amman juga telah mencatatkan sejarah, sebagai perusahaan yang membangun smelter tembaga tanpa adanya keterlibatan investor asing.
"Saya harus bangga Pak Presiden, karena ini smelter pertama milik pengusaha nasional. Ini bukan asing," kata Bahlil dalam peresmian smelter tembaga PT Amman di Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB), Senin, 23 September 2024.
"Jadi Pak Hilmi (Panigoro) dan seluruh dewan direksi, saya harus mengatakan bahwa Amman adalah perusahaan yang telah meletakkan awal sejarah panjang, untuk membangun hilirisasi di sektor tembaga," ujarnya.
Dibandingkan dengan smelter milik PT Freeport Indonesia (PTFI), Bahlil mengakui bahwa peran anak bangsa di smelter Amman ini masih lebih besar dibandingkan dengan smelter milik PTFI. Padahal, smelter milik Amman merupakan smelter kedua terbesar di Indonesia setelah smelter milik Freeport di Gresik, Jawa Timur.
Namun, walaupun saham Freeport saat ini sudah dimiliki secara mayoritas oleh pemerintah Indonesia, tapi menurut Bahlil hal itu tetap saja masih mengandung campur tangan pihak asing sebagai pemegang saham.
"Ini pabrik terbesar kedua setelah Freeport. Nah, kalau Freeport itu 49 persen saham luar negeri, 51 persen saham BUMN. Kalau ini (smelter Amman) no asing, no aseng, maupun BUMN, ini milik mereka sendiri," kata Bahlil.
Meski demikian, Bahlil mengatakan bahwa operasional Smelter Amman ini baru akan beroperasi penuh pada sekitar bulan Februari atau Maret 2025 mendatang. Pihak Amman Mineral sendiri sudah meminta kepada Kementerian ESDM, untuk tetap memberikan izin ekspor konsentrat tembaga sebelum smelter bisa beroperasi penuh.
"Permintaan mereka satu Pak, karena peak mereka ini akan dilakukan di bulan Februari atau Maret (2025), karena itu mereka masih meminta kepada Menteri ESDM supaya ekspornya masih diperbolehkan dengan bea yang terjangkau," beber Bahlil.
"Tapi saya bilang yang penting resmikan dulu lah, baru kita bicara biaya ekspornya, itu bisa kita bicarakan," ujarnya.