Banggar DPR Wanti-wanti Pemerintah soal Angka Pengangguran Melonjak Imbas PHK
- VIVA.
Jakarta, VIVA – Badan Anggaran (Banggar) DPR RI meminta pemerintah mewaspadai gelombang pengangguran akibat maraknya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) di paruh pertama tahun ini. Gelombang PHK mayoritas terjadi di sektor tekstil.
Ketua Badan Anggaran DPR RI, Said Abdullah mengatakan sepanjang Januari-Juli 2024 telah terjadi PHK kepada 32.064 pekerja. Data itu menyebabkan tren angka pengangguran naik.
Said minta pemerintah cermat dalam mengantisipasi dampak PHK yang marak. "Satu, pemerintah perlu mewaspadai gelombang pengangguran akibat pemutusan kerja yang terjadi sepanjang Januari 2024 sebesar 32.064 pekerjaan, hampir separuhnya di sektor tekstil. Tren pengangguran juga meningkat pada kelompok pekerja paruh waktu," ujar Said dalam Rapat Paripurna DPR RI Kamis, 19 September 2024.
Said menjelaskan, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) per Februari 2024 tercatat tingkat kemiskinan sebesar 9,03 persen. Dalam hal ini, terdapat gap tingkat kemiskinan yang cukup tinggi, di mana desa sebesar 11,97 persen dan kota 7,09 persen.
"Pemerintah perlu prioritas penanggulangan kemiskinan di pedesaan lebih intensif. Ini bisa mengerem laju urbanisasi, sekaligus mendorong program kemandirian pangan nasional," jelas Said.
Sebelumnya, Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) melaporkan, pekerja yang mengalami PHK pada periode Januari-Juli 2024 sebanyak 32.064 pekerja. Jumlah ini melonjak 21,45 persen dibandingkan periode yang sama dari tahun sebelumnya.
LPEM UI menyampaikan, kenaikan angka PHK ini paling banyak terjadi di Jakarta sebanyak 7.469 orang. Lalu, disusul Banten 6.135 orang, dan Jawa Barat 5.155 orang.
"Pada paruh pertama tahun 2024, tercatat 32.064 pekerja mengalami PHK hingga Juni 2024. Ini menunjukkan kenaikan 21,45 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun 2023," tulis LPEM dalam kajiannya dikutip Sabtu, 14 September 2024.
Adapun beberapa sektor ekonomi yang jadi penyumbang terbesar dalam peningkatan angka PHK ini adalah sektor manufaktur. Hal ini terutama yang terkait dengan produksi untuk ekspor, sangat terdampak oleh kondisi ekonomi global yang tidak stabil.
Lalu, sektor teknologi juga mengalami gelombang PHK. Gelombang PHK itu karena banyak startup yang mengalami kesulitan pendanaan, yang memaksa mereka untuk merampingkan tenaga kerja.