Mengenang Sejarah Tupperware yang Terancam Bangkrut Usai 78 Tahun Berdiri
- Tupperware
Jakarta, VIVA – Produsen peralatan rumah tangga ikonik, Tupperware, yang telah beroperasi selama 78 tahun, kini berada di ambang kebangkrutan. Perusahaan ini dikabarkan mengalami krisis keuangan dan mempertimbangkan untuk mengajukan pailit.
Melansir dari BBC, Laurie Ann Goldman selaku Presiden dan CEO Tupperware Brands Corporation, pada September 2024 mengumumkan bahwa perusahaan berencana meminta izin pengadilan untuk memulai proses penjualan bisnisnya. Meski rencana ini belum final, Tupperware berusaha untuk tetap melayani pelanggan selama proses kebangkrutan berlangsung.
Peringatan tentang ancaman kebangkrutan ini sebenarnya sudah muncul setahun sebelumnya, ketika Tupperware menyatakan bahwa mereka mungkin harus menghentikan operasinya jika tidak segera mendapatkan pendanaan baru. Hal tersebut lantaran penjualan yang terus menurun dalam beberapa tahun terakhir, meskipun ada upaya untuk meremajakan pasar dengan menargetkan konsumen yang lebih muda.
Mengenang Sejarah Tupperware
Tupperware sendiri memiliki sejarah panjang yang dimulai dari inovasi Earl Silas Tupper, seorang pebisnis kelahiran Amerika Selatan pada tahun 1907. Di usia 21 tahun, Tupper bergabung dengan sebuah perusahaan berbasis inovasi.
Lewat riset yang dilakukannya, dia lalu berhasil menemukan metode untuk memurnikan ampas biji hitam polyethylene, bahan dasar plastik, yang kemudian diubah menjadi plastik yang fleksibel, kuat, dan aman untuk digunakan dalam produk rumah tangga.
Pada tahun 1938, Tupper mendirikan perusahaannya sendiri, Earl S Tupper Company, dan mematenkan produk plastiknya dengan nama Poly-T. Setelah Perang Dunia II berakhir, pada tahun 1946, Tupper meluncurkan produk pertama Tupperware, yaitu Wonderlier Bowl dan Bell Tumbler. Kedua produk ini segera mendapatkan sambutan antusias di pasar Amerika yang sedang bangkit dari dampak perang.
Keberhasilan Tupperware tidak hanya berasal dari kualitas produknya, tetapi juga dari metode penjualan yang inovatif. Tupperware Party, yang diperkenalkan oleh Brownie Wise, menjadi salah satu strategi pemasaran paling terkenal. Melalui penjualan langsung yang menghibur dan informatif, Tupperware Party mampu menjangkau konsumen secara lebih personal. Bahkan, diperkirakan setiap 1,3 detik, sebuah Tupperware Party diselenggarakan di berbagai belahan dunia.
Kemudian pada dekade 1950-an, penjualan Tupperware meledak di Amerika dan menyebar ke berbagai negara. Di Eropa, produk ini mulai populer sejak tahun 1960-an, dengan Inggris menjadi salah satu pasar penting.
Sementara itu, di Indonesia, Tupperware menjadi sangat sukses, bahkan pada tahun 2013, penjualan di Indonesia mencapai lebih dari USD200 juta, sehingga menjadikannya pasar terbesar Tupperware di dunia saat itu.
Namun sayang, seiring dengan berjalannya waktu dan perubahan preferensi konsumen, Tupperware menghadapi tantangan mempertahankan relevansinya di pasar modern.