Penjelasan Wakil Mentan Sudaryono Soal Susu Ikan di Program Makan Bergizi Gratis Prabowo

Wakil Menteri Pertanian (Wamentan), Sudaryono
Sumber :
  • VIVA.co.id/Anisa Aulia

Jakarta, VIVA - Wakil Menteri Pertanian, Sudaryono mengaku belum mengetahui soal rencana susu ikan yang sedang dikaji sebagai alternatif susu sapi dalam program makan bergizi gratis dan susu gratis pada Pemerintahan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka periode 2024-2029. Menurut dia, susu ikan mungkin susu yang mengandung ikan.

“Saya jujur aja belum monitor soal susu ikan ini, apakah susu disubtitusi dengan ikan barangkali. Tapi jujur, saya enggak monitor soal itu, mungkin susu mengandung ikan, kayak susu kedelai gitu. Ikan kan enggak menyusui. Maksud saya, kalau missleading di sosmed saya enggak ikutin sih,” kata Sudaryono di Kompleks Istana Kepresiden Jakarta pada Rabu, 11 September 2024.

Wamen Keuangan Thomas, Wamen Pertanian Sudaryono, Wamen Investasi Yuliot

Photo :
  • VIVA/Ahmad Farhan Faris

Memang, Sudaryono mengatakan hampir semua bahan pokok program makan bergizi dan susu gratis untuk Pemerintah Prabowo-Gibran nanti itu menjadi urusan Kementerian Pertanian. Namun, ia menyebut untuk urusan ikan ini bukan menjadi ranah Kementerian Pertanian.

“Sebenarnya tujuannya apa sih makan bergizi itu? Tujuannya adalah memberikan protein yang cukup bagi anak anak kita. Kalau kita lihat satu kotak nasi dan rencengannya semua, itu kan domain Kementan selain ikan,” jelas mantan Asisten Pribadi Prabowo Subianto ini.

Intinya, kata dia, jika memang ketersediaan susu sapi dan dagingnya belum mencukupi, sebaiknya tidak perlu dilakukan impor susu. Justru, Sudaryono mendorong supaya ruang impor itu dibuka lebar kepada pihak swasta atau siapa pun untuk mendatangkan sapi hidup di Indonesia.

“Kita kalau bisa dan arahannya jelas, jangan impor susu. Kita ingin impornya buka ruang lebar ke pihak swasta atau siapa pun itu, kita buka ruang untuk datangkan sapi hidup di Indonesia. Kenapa kita kurang susu dan daging? Karena sapi induknya kurang. Maka kita buka ruang, Insya Allah kita data komitmen dari perusahaan, koperasi, perorangan, masyarkaat, ada 36-40 badan hukum, baik koperasi maupun perushaaan yang akan komitmen datangkan total 1,3 juta ekor sapi hidup,” jelas dia.

Sebab, kata Sudaryono, mendatangkan sapi hidup perah itu memakan waktu cukup lama. Maka dari itu, ia menilai daripada mengimpor susu sapi, sebaiknya melakukan subtitusi kandungan protein dengan sumber lain baik nabati maupun hewani.

“Kita substitusi daripada susunya diimpor, kita susbtitusi kandungan protein itu dengan sumber lain, baik nabati maupun hewani. Kita kan sudah surplus, sudah swasembada di telur dan ikan, ayam, ya kan terus barangkali itu jadi sumber. Jadi subtitusi, bukan dipaksakan impor susu bubuk dan lain-lain. Kita tidak arahkan ke sana, kita lebih ke momen makan bergizi gratis ini, pemerintah bisa trigger kemandirian pangan, bukan hanya beras, tapi telur ayam, daging, dan susu yang kita harus raih,” pungkasnya.