Bursa Asia Bangkit dari Gejolak, Pasar Saham Jepang Masih Lesu
- vstory
Asia, VIVA – Bursa Asia-Pasifik berhasil pulih dari aksi jual investor yang terjadi kemarin. Indeks utama di bursa menunjukkan penguatan saat pembukaan pasar pada Kamis (5/9/2024), kecuali pasar di Jepang.
Indeks Nikkei 225 dan Topix masih merosot secara berurutan 0,92 persen dan 0,49 persen. Hal ini terjadi tak lama setelah rilis laporan upah Jepang pada bulan Juli.
Jepang membukukan rata-rata pendapatan tunai bulanan naik 3,6 persen tahun ke tahun (yoy). Sayang, laju peningkatan lebih lambat dari bulan Juni yang berhasil mencapai lonjakan 4,5 persen.
Upah riil negara tersebut juga mencatat progres sebesar 0,4 persen yoy. Ini menjadi kenaikan bulan kedua berturut-turut setelah menguat pada bulan Juni sebesar 1,1 persen.
Laporan gaji yang kuat akan memberi Bank Jepang (BoJ) lebih banyak ruang untuk menaikkan suku bunga. Di sisi lain dapat memberi tekanan pada ekuitas.
Investor juga mencermati laporan ekonomi atas data perdagangan Australia dan angka penjualan eceran dari Singapura.
Secara terpisah, operator telekomunikasi Australia Optus telah menerima lampu hijau dari Komisi Persaingan dan Konsumen negara tersebut untuk usulan perjanjian pembagian jaringan regional dan spektrum dengan pesaingnya TPG Telecom.
Dikutip CNBC, Kospi Korea Selatan naik 1,15 persen yang disusul lonjakan sebesar 0,75 persen yang diraih Kosdaq berkapitalisasi kecil. S&P/ASX 200 Australia juga melesat 0,48 persen menjelang rilis data perdagangan.
Indeks Hang Seng Hong Kong berjangka berada pada level 17.461. Posisi ini lebih tinggi dibandingkan penutupan terakhir HSI pada level 17.457,34.
Kontrak berjangka CSI 300 daratan China berada pada level 3.251,2. Nilai tersebut sedikit lebih rendah dibandingkan penutupan terakhirnya pada level 3.252,16.
Pasar Amerika Serikat, S&P 500 dan Nasdaq Composite turun untuk sesi kedua berturut-turut di Wall Street. Sementara Dow Jones Industrial Average naik tipis 0,09 persen.
Indeks yang berbasis luas juga melemah 0,16 persen. Begitu juga indeks yang berbasis teknologi turun 0,3 persen.