Di Hadapan Pejabat Jepang, Airlangga Beberkan Proyek-proyek Hijau Potensial RI
- VIVA.co.id/Mohammad Yudha Prasetya
Jakarta, VIVA - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menggelar pertemuan bilateral dengan Menteri Ekonomi, Perdagangan, dan Industri (METI) Jepang Saito Ken, serta Ketua Dewan Direksi Japan Bank of International Cooperation (JBIC), Tadashi Maeda, di Jakarta, Rabu, 21 Agustus 2024.
Dalam kerangka Asia Zero Emission Community (AZEC) Indonesia-Japan Joint Task Force Steering Committee, Airlangga yang merupakan Ketua Steering Committee Joint Task Force itu mengapresiasi pemerintah Jepang, atas capaian kemajuan sejak pembentukan AZEC Indonesia-Japan Joint Task Force pada 2023 silam.
Task force itu sendiri bertugas mendorong investasi sektor swasta dan mempercepat transisi menuju energi dan ekonomi hijau di Indonesia. Sampai saat ini, telah dilaksanakan enam pertemuan expert group meeting (EGM), untuk mengidentifikasi peluang serta mencari solusi atas tantangan investasi di bidang transisi energi
Hasil dari pertemuan itu mengidentifikasi beberapa proyek potensial, yang dikelompokkan dalam tiga kategori berdasarkan kesiapan proyek.
“Pada kategori I, terdapat proyek-proyek komersial yang siap dilaksanakan, seperti Proyek Panas Bumi Muara Laboh dan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) Legok Nangka," kata Airlangga, Rabu, 21 Agustus 2024.
Sementara di kategori II, Airlangga menjelaskan bahwa terdapat sejumlah proyek potensial yang siap dikomersialkan meskipun masih berada dalam tahap studi kelayakan. Misalnya seperti proyek pengelolaan lahan gambut dan jaringan transmisi Jawa-Sumatera.
Kemudian kategori III mencakup sekitar 74 Memorandum of Understanding (MoU), dan inisiatif yang perlu diidentifikasi lebih lanjut. Nantinya, potensi investasi dari kategori ini akan dikembangkan untuk naik ke kategori II dan I. Karenanya, Airlangga menegaskan komitmen Indonesia untuk memfasilitasi proses debottlenecking, guna mempercepat pelaksanaan proyek-proyek tersebut.
Dukungan terhadap proyek-proyek potensial lainnya akan terus diberikan, yang antara lain mencakup produksi crude coconut oil (CCO) untuk sustainable fuel aviation (SFA). Ada pula pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP), pembangkit listrik tenaga air (PLTA), produksi amonia hijau dan hidrogen hijau, serta teknologi penangkapan dan penyimpanan karbon (CCS), pemanfaatan, penyimpanan, dan penangkapan karbon (CCUS).
Pada akhir pertemuan, Airlangga mengungkapkan harapan agar kerja sama AZEC dapat menciptakan iklim yang mendukung pengembangan pembiayaan hijau di Indonesia. Hal itu termasuk pengembangan platform keuangan kolaboratif untuk memobilisasi investasi domestik dan internasional.
"Serta menciptakan instrumen keuangan inovatif dan mekanisme berbasis pasar yang efektif seperti perdagangan karbon dan sistem perdagangan emisi," ujarnya.