Neraca Perdagangan RI Surplus, Kemenkeu Tegaskan Cerminkan Ketahanan Ekonomi RI

Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu
Sumber :
  • VIVA.co.id/Anisa Aulia

Jakata, VIVA – Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menyebut, perekonomian RI saat ini masih resilien di tengah tantangan global dan fluktuasi harga komoditas. Hal ini tercermin dari data neraca perdagangan Indonesia yang surplus sebesar US$0,47 miliar pada Juli 2024. 

Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu mengatakan surplus ini menambah panjang tren surplus neraca perdagangan yang telah berlangsung selama 51 bulan berturut-turut. 

“Di tengah berbagai tantangan global dan fluktuasi harga komoditas, neraca perdagangan Indonesia tetap mencatatkan nilai surplus, yang mencerminkan resiliensi perekonomian nasional. Peningkatan ekspor dan dominasi impor barang modal dapat menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi. Ke depan, Pemerintah akan terus mengantisipasi dan memitigasi dinamika perekonomian global,” ujar Febrio dalam keterangannya Kamis, 15 Agustus 2024.

Pertumbuhan ekonomi di Indonesia

Photo :
  • VIVAcoid

Adapun ekspor Indonesia pada Juli 2024 tercatat sebesar US$22,21 miliar, atau tumbuh sebesar 6,46 persen secara year on year (yoy). Ini didorong oleh peningkatan ekspor sebagian besar komoditas nonmigas, antara lain, logam mulia dan perhiasan, bijih logam, terak dan abu, serta nikel dan barang daripadanya. 

Febrio menjelaskan, Tiongkok masih menjadi negara tujuan utama ekspor Indonesia, yang memberikan kontribusi sebesar 23,19 persen, dengan komoditas ekspor utama berupa besi dan baja, dan nikel dan barang daripadanya. 

Selain itu, Amerika Serikat dan Jepang juga berkontribusi cukup besar masing-masing sebesar 10,34 persen dan 8,57 persen. Secara kumulatif dari Januari hingga Juli 2024 nilai ekspor Indonesia tercatat sebesar US$147,30 miliar.

Sedangkan untuk impor Indonesia tercatat sebesar US$21,74 miliar, atau tumbuh 11,07 persen yoy, yang mana didorong baik oleh peningkatan impor pada sektor migas maupun non migas. Pada sektor non migas, peningkatan impor terutama terlihat pada komoditas mesin/peralatan mekanis dan bagiannya serta mesin/perlengkapan elektrik dan bagiannya.

Ilustrasi Ekspor-Impor

Photo :
  • VIVA/M Ali Wafa

Sementara itu, berdasarkan golongan penggunaan barang, impor bahan baku penolong dan barang modal meningkat di tengah moderasi impor barang konsumsi. Peningkatan impor bahan baku penolong dan barang modal mengindikasikan aktivitas industri yang relatif membaik dan diharapkan mampu mendorong produktivitas serta menopang pertumbuhan ekonomi domestik. 

“Mencermati kondisi perekonomian global saat ini, Pemerintah akan terus memantau dan menyiapkan langkah-langkah antisipasi. Transformasi akan terus dilanjutkan, melalui dorongan terhadap keberlanjutan hilirisasi sumber daya alam, peningkatan daya saing produk tujuan ekspor, serta diversifikasi mitra dagang utama,” imbuhnya.