KEK Sei Mangkei Proyeksikan Tambah Serap 10 Ribu Pekerja pada 2025
- Istimewa.
Jakarta, VIVA – Anak usaha PTPN III, PT Kawasan Industri Nusantara (KINRA) selaku pengelola KEK Sei Mangkei, melakukan reformasi pengelolaan kawasan tersebut. Salah satunya dengan berfokus pada rencana strategis 5 tahun sebagai bentuk quick-win dalam menghadirkan pelayanan prima.
Direktur PT KINRA, VT Moses Situmorang, menyampaikan bahwa langkah strategis tersebut dilakukan dalam rangka akselerasi pengembangan KEK Sei Mangkei. Hal ini sejalan dengan upaya KEK Sei Mangkei guna mempertahankan diri sebagai salah satu dari 3 KEK terbaik di Indonesia.
Beberapa fokus pengembangan yang akan dikembangkan, antara lain pengembangan infrastruktur perumahan menunjang kebutuhan investor. Kesiapan suplai energi dan utilitas dalam kawasan, kepastian perizinan dan insentif selaku ‘sweetener’ dalam berinvestasi, serta reformasi tata kelola perusahaan untuk akselerasi pelayanan dan optimalisasi service exellence.
Dia menjabarkan, pada 2024, KEK Sei Mangkei baru saja menerima investasi industri asing dengan potensi nilai investasi mencapai US$100 juta. Hal ini tentunya akan mendorong secara signifikan perputaran perekonomian di daerah sekitar.
“Dengan bertumbuhnya investasi lahan industri, beserta memasuki fase operasional untuk beberapa tenant industri lainnya, diestimasikan pada tahun 2025 akan berkontribusi menyerap tenaga kerja hingga 10.000 jiwa dan akan memprioritaskan tenaga kerja dari daerah sekitar,” tambah Moses.
Seperti diketahui, Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sei Mangkei yang berlokasi di Kabupaten Simalungun Sumatera Utara telah ditetapkan melalui Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2012 pada tanggal 27 Februari 2012 memiliki total luas lahan 2.002,7 Ha. Saat ini realisasi pemanfataan lahan sekitar 295,27 Ha atau sekitar 15,27 persen sehingga masih terbuka akan potensi berbagai pelaku usaha untuk berinvestasi di KEK Sei Mangkei.
Lebih lanjut Moses mengatakan, PT KINRA mengestimasikan di tahun 2025, KEK Sei Mangkei akan mendapatkan investasi cukup besar yang umumnya berasal dari China. Hal ini merupakan salah satu implikasi dari terjadinya perang dagang antara Amerika Serikat dengan China, yang mendorong banyak pelaku usaha untuk merelokasi industrinya ke Asia Tenggara, khususnya KEK Sei Mangkei.
“Ini menjadi peluang besar bagi KEK Sei Mangkei untuk mempersiapkan diri mengakomidir terjadinya eksodus investasi ke dalam kawasan, yang sejatinya berimplikasi signifikan terhadap pertumbuhan FDI di Indonesia,” tutup Moses.