Kisah Pejabat OJK Pernah jadi Korban Penipuan Scamming

Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi, dan Pelindungan Konsumen OJK, Friderica Widyasari Dewi, saat melakukan 'Edukasi Keuangan Bagi Penyandang Disabilitas di Kabupaten Toba', Sumatera Utara, Jumat, 9 Agustus 2024
Sumber :
  • VIVA.co.id/Mohammad Yudha Prasetya

Toba, VIVA - Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi, dan Perlindungan Konsumen Otoritas Jasa Keuangan, OJK, Friderica Widyasari Dewi alias Kiki, mengaku pernah menjadi korban penipuan.

Hal itu terjadi saat dirinya dihubungi via media sosial, oleh seorang yang mengaku temannya dan mengajaknya untuk berpartisipasi dalam sebuah kegiatan amal.

Awalnya, Kiki mengaku tidak curiga karena akun medsos itu menyapanya dengan menunjukkan gaya bahasa yang akrab, dan benar-benar terkesan sebagai teman lamanya.

"Saya pernah kena juga scam seperti ini, enggak sadar juga. Di Instagram saya ada yang nge-DM, dia mengaku teman saya dan memanggil nama akrab saya," kata Kiki dalam diskusi dengan media di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba, Sumatera Utara, dikutip Minggu, 11 Agustus 2024.

Dia mengaku tak menaruh kecurigaan sama sekali. Karena selain menyapanya dengan nama akrab, orang tersebut juga mengajaknya berpartisipasi dalam acara amal. "Jadi kalau teman saya ini bilang pinjam duit, saya enggak percaya. Tapi orang ini menawarkan charity, jadi saya tergerak," ujarnya.

Dia mengaku, gelagat aneh mulai dirasakannya usai Dia mengirim sejumlah uang dengan tujuan amal tersebut. Sebab, orang yang mengaku temannya itu sama sekali tak mengucapkan terima kasih usai ditransfer sejumlah uang untuk amal tersebut.

"Tapi pas saya sudah kirim, tidak mengucapkan terima kasih sama sekali," kata Kiki.

Dari modus inilah, Kiki baru menyadari bahwa si pelaku nyatanya telah melakukan profiling terhadap dirinya, sehingga berhasil membuat strategi agar percaya pada semua perkataannya. Dengan pengalamannya tersebut, Kiki pun mengajak masyarakat dan seluruh pihak agar waspada dengan modus dan strategi penipu semacam itu.

"Maka dari itu, butuh kerja sama dari berbagai pihak untuk mencegah penipuan. Bukan hanya dari pemangku kebijakan saja, melainkan juga pengetahuan masyarakat itu sendiri," ujarnya.