Ada Investor Baru! 10,63% Saham VKTR Diborong Senilai Rp 465 Miliar

Bus listrik VKTR.
Sumber :
  • Dokumentasi VKTR.

Jakarta, VIVA – Emiten grup Bakrie, PT VKTR Teknologi Mobilitas Tbk, mendapatkan investor baru yakni Silvery Moon Investment Ltd, yang memborong 4,65 miliar saham pada 31 Juli 2024. Dilansir keterbukaan informasi, jumlah itu setara dengan 10,63 persen dari seluruh saham yang telah dikeluarkan perusahaan.

"Jumlah saham setelah transaksi sebesar 4.650.000.000 saham dengan persentase kepemilikan sebesar 10,63 persen," kata pihak manajemen VKTR dalam keterangannya, dikutip Jumat, 9 Agustus 2024.

Sementara pada tanggal yang sama, PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) selaku pengendali VKTR dilaporkan juga melepas 4,65 miliar saham. Sehingga porsi kepemilikan BNBR di VKTR otomatis pun turun dari 41,04 persen menjadi 30,41 persen.

BNBR melepas saham VKTR di harga Rp 100. Sehingga, diasumsikan bahwa dengan harga tersebut Silvery Moon telah menanamkan investasi sebesar Rp 465 miliar.

Kerja sama VKTR dan Gapura Angkasa.

Photo :
  • Dokumentasi VKTR.

Diketahui, BNBR melepas sebagian saham VKTR tersebut dengan tujuan untuk membayar utang kepada pihak ketiga, yang tidak terafiliasi dengan perusahaan. Bahkan, sebelumnya BNBR juga sempat melepas 1 miliar saham VKTR dengan harga Rp 100 pada 19 Juli 2024, yang juga bertujuan untuk penyelesaian utang.

Sementara dalam laporan keuangan semester I-2024, VKTR melaporkan bahwa secara konsolidasi perseroan berhasil mencatatkan pendapatan bersih sebesar Rp 409 miliar, dengan peningkatan aset mencapai Rp 1.717 miliar pada periode tersebut.

Meskipun terjadi kontraksi dalam penjualan terutama pada segmen kendaraan listrik (EV) dan manufaktur suku cadang, hal itu sejalan dengan tren penjualan kendaraan nasional yang tercatat menurun 19 persen secara year-on-year (yoy).

Bahkan, data Gaikindo mencatat bahwa penurunan itu terjadi lebih dalam di segmen kendaraan komersial, yang anjlok 26 persen (yoy). Penurunan itu disebut karena pengaruh faktor eksternal seperti periode politik dan kondisi makro global tidak menentu yang sangat mempengaruhi kondisi finansial dan perbankan.