SKK Migas Cermati Dampak ke Sektor Hulu Migas RI Jika AS Resesi

Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas, Hudi D. Suryodipuro, saat ditemui di kantor SKK Migas, Jakarta, Rabu, 7 Agustus 2024
Sumber :
  • VIVA.co.id/Mohammad Yudha Prasetya

Jakarta, VIVA – Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mengakui ancaman resesi ekonomi Amerika Serikat (AS) akan berdampak pada sektor hulu migas di Tanah Air.

Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas, Hudi D. Suryodipuro mengatakan, hal itu karena perekonomian AS memiliki pengaruh yang cukup intens secara global, sehingga gejolak apapun yang terjadi padanya akan berdampak ke berbagai negara termasuk Indonesia.

"Kalau bicara (potensi resesi) AS, itu pasti akan ada dampaknya. Tapi dampaknya seperti apa, kita harus lihat juga," kata Hudi saat ditemui di kantornya, Rabu, 7 Agustus 2024.

Industri hulu migas (ilustrasi)

Photo :
  • Dok. PHE

Dia mengatakan, salah satu aspek yang harus dicermati dari wacana tersebut adalah terkait kebijakan suku bunga yang akan dikeluarkan oleh Bank Sentral AS atau Federal Reserve (The Fed), dalam upaya mereka mengatasi gejolak ekonomi di negara itu.

Hudi memastikan bahwa sampai saat ini SKK migas masih akan terus mengamati dinamika dan pergerakan ekonomi AS, serta potensi dampak yang bisa dirasakan utamanya ke sektor hulu migas Indonesia.

"Ini kita masih melihat dan mengevaluasi terkait dengan dampak. Dan karena mereka sangat terkoneksi dengan ekonomi global, saya rasa sih akan ada dampaknya. Tapi sejauh mana dan seperti apa dampaknya, itu yang kita juga masih lihat," ujar Hudi.

Saat ditanya perihal kekhawatiran perusahaan migas asal AS, ExxonMobil, yang akan menahan investasinya di Indonesia terkait kondisi pelemahan ekonomi di AS tersebut, Hudi memastikan bahwa sampai saat ini ExxonMobil belum menunjukkan sinyal terkait hal itu.

"Sampai sekarang kita masih belum mendapatkan indikasi bahwa ExxonMobil mau melakukan hal tersebut. Exxon Mobil juga sedang melakukan beberapa joint study di Indonesia," ujarnya.

Diketahui, kabar soal potensi resesi ekonomi yang bakal melanda AS menyeruak dalam beberapa waktu terakhir, seiring dengan rilis data jumlah pembukaan lapangan kerja yang tidak sesuai ekspektasi dan meningkatnya jumlah pengangguran di negari Paman Sam tersebut.