Amerika Serikat Terancam Resesi, BI Pastikan Ekonomi RI Kuat Hadapi Guncangan

Ilustrasi resesi ekonomi/ekonomi global
Sumber :
  • Unsplash

Jakarta, VIVA – Perekonomian Amerika Serikat (AS) saat ini berpotensi mengalami resesi. Namun demikian, Bank Indonesia (BI) menilai bahwa perekonomian Indonesia saat ini memiliki daya tahan untuk menghadapi guncangan tersebut. 

Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia, Destry Damayanti mengatakan saat ini ekonomi Indonesia cukup resilien. Hal ini tercermin dari ekonomi Indonesia yang masih tumbuh di 5 persen. Tercatat pada kuartal II-2024 ini ekonomi Indonesia tumbuh di 5,05 persen.

"Kan global sudah lama bergejolaknya tapi kita punya sesuatu yang cukup strong didukung dengan sektor keuangan kita yang juga stabil. Jadi kalau kita lihat pertumbuhan ekonomi bisa terjaga di 5 persen dengan baik itu konsumsi masyarakat ataupun investasi yang tumbuh terus dan juga stabilitas di sektor keuangan kita," ujar Destry di Mahkamah Agung, Jakarta, Rabu, 7 Agustus 2024. 

Pengambilan sumpah jabatan Destry Damayanti untuk posisi Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI)

Photo :
  • VIVA.co.id/Anisa Aulia

"Jadi saya rasa kita masih bisa punya daya tahan menghadapi guncangan," sambungnya. 

Menurut Destry, adanya potensi resesi di AS ini akan membuat kondisi global menjadi lebih pasti. Sebab akan membuat masa tingkat suku bunga acuan bank sentral AS yang tinggi dalam jangka waktu lama atau higher for longer akan segera berakhir. 

"Tentu ini akan bagus bagi ekonomi domestik kita dan juga termasuk ekonomi di peers grup kita," ujarnya. 

Sebelumnya, melansir The Economic Times, para analis juga memprediksi ekonomi AS akan mengalami resesi pada awal tahun depan. Selama setahun, The Fed telah mempertahankan biaya pinjaman acuan  sebesar 5,25-5,50 persen. 

Analis khawatir kebijakan moneter ketat yang berkepanjangan ini mungkin mendorong ekonomi menuju resesi. 

"Pasar mungkin mengantisipasi resesi secepat mungkin dan paling cepat tahun depan," dikutip dari catatan Ahli Suku Bunga Bloomberg Simon White.

Selain itu, data ketenagakerjaan AS melaporkan adanya perlambatan pertumbuhan pekerjaan. Turun dari 179.000 pada Juni menjadi menjadi 114.000 per Juli 2024. Sehingga memicu kekhawatiran ekonomi AS mungkin sedang bergerak menuju resesi.

Data ketenagakerjaan AS melaporkan adanya perlambatan pertumbuhan pekerjaan. Turun dari 179.000 pada Juni menjadi menjadi 114.000 per Juli 2024. Sehingga memicu kekhawatiran ekonomi AS mungkin sedang bergerak menuju resesi.

Lalu, Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) juga menjadi indikator kuat AS semakin dekat mengalami resesi. Pada tahun 2024, perusahaan-perusahaan di Amerika Serikat dan Kanada konsisten mengurangi jumlah karyawannya melanjutkan PHK besar-besaran pada tahun sebelumnya.