Bank Jago Cetak Laba Bersih Rp 50 Miliar di Semester I-2024

Bank Jago.
Sumber :
  • Dokumentasi Bank Jago.

Jakarta – PT Bank Jago Tbk alias Bank Jago, melaporkan laba bersih setelah pajak (net profit after tax) sebesar Rp 50 miliar di sepanjang semester I-2024. Direktur Utama Bank Jago, Arief Harris Tandjung mengatakan, perolehan laba tersebut tumbuh 23 persen dari perolehan laba pada Juni 2023, yang sebesar Rp 41 miliar.

Dia menambahkan, melalui kolaborasi dengan berbagai mitra, Bank Jago berhasil menyalurkan kredit sebesar Rp 15,7 triliun per akhir kuartal II-2024. Capaian itu tumbuh 40 persen dari periode yang sama tahun lalu, yang sebesar Rp 11,2 triliun.

"Penyaluran kredit dilakukan secara berkualitas dan mengutamakan prinsip kehati-hatian, yang tercermin dari rendahnya rasio kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) gross yang sebesar 0,4 persen," ujarnya dikutip dalam keterangan tertuls, Jumat, 26 Juli 2024

Aplikasi Bank Jago dan Gojek.

Photo :
  • Kr-Asia

Arief mengatakan, pertumbuhan kredit yang berkualitas telah berhasil mendorong aset Bank Jago menjadi Rp 24,2 triliun per semester I-2024, atau tumbuh 29 persen dari periode yang sama tahun lalu yang sebesar Rp 18,9 triliun.

Sementara rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) tercatat mencapai 50 persen. Hal itu ditegaskan Arief, untuk menunjukkan kuatnya tingkat permodalan Bank Jago guna mendukung ekspansi bisnis ke depan.

"Sampai dengan Juli 2024, nasabah funding melalui Aplikasi Jago telah mencapai lebih dari 10 juta. Jika memperhitungkan nasabah lending, maka total nasabah Bank Jago mencapai 12,5 juta," kata Arief.

Mitra ekosistem strategis seperti GoTo dan Bibit, diakui juga telah memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pertumbuhan bisnis Bank jago. Salah satunya terlihat dari jumlah nasabah funding Aplikasi Jago, yang 66 persennya berasal dari mitra ekosistem.

Pertumbuhan pengguna Aplikasi Jago juga sejalan dengan penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) yang mencapai Rp 14,8 triliun per akhir kuartal II-2024, atau tumbuh 47 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang sebesar Rp 10,1 triliun.

"Sebanyak 61 persen dari jumlah DPK atau sebesar Rp 9,1 triliun merupakan current account and savings account (CASA), sedangkan 39 persen sisanya atau Rp 5,7 triliun merupakan term deposit (TD)," ujarnya.