Saham Asia Kinclong Terdorong Lonjakan Tinggi Indeks Nikkei Jepang
- Unsplash
Jakarta – Saham Asia-Pasifik menghijau pada pembukaan perdagangan Kamis pagi(11/07/2024). Penguatan terkerek kenaikan Indeks Nikkei 225 Jepang melampaui level 42.000. Sontak, lonjakan tersebut menjadi kenaikan paling tinggi.
Mengutip CNBC, Reli saham sektor teknologi di Wall Street, yakni Big Tech ikut menjadi sentimen positif terhadap pergerakan di bursa Asia. Kokohnya saham Big Tech ditopang keyakinan investor terhadap pemangkasan suku bunga yang lebih besar oleh The Fed AS.
Di Asia, investor akan mencermati optimisme yang meningkat pada saham teknologi, khususnya di Jepang. Mengingat emiten-emiten yang bergerak di bidang chip sukses mengangkat indeks Nikkei 225 ke posisi puncak sekaligus mencapai rekor tertinggi.
Investor juga masih menunggu berbagai laporan ekonomi dari beberapa kawasan di Asia pada hari Kamis. Data tersebut mencakup pesanan mesin Jepang bulan Mei serta keputusan suku bunga Bank sentral Korea Selatan.
Nikkei 225 Jepang merokte 1,37 persen. Indeks Topix ikut naik 1,17 persen. Kospi Korea Selatan naik 0,96 persen menjelang keputusan bank sentral Korea Selatan (BOK). Diikuti peningkatan dari Kosdaq sebesar 0,22 persen.
S&P/ASX 200 Australia ikut kinclong dengan kenaikan 0,85 persen. Indeks Hang Seng Hong Kong berada pada level 17.615. Nilai itu lebih tinggi dibandingkan penutupan terakhir HSI, yakni 17.471,67.
Di Wall Street, tiga indeks utama mencatat hasil positif. Indeks S&P 500 dan Nasdaq Composite naik masing-masing sebesar 1,02 persen dan 1,18 persen.
Keuntungan tersebut menjadi catatan baru S&P 500 sukses menembus angka 5.600 untuk pertama kalinya sebagai rekor penutupan tertinggi ke-37 pada tahun 2024. Nasdaq mencatat rekor penutupan paling moncer ke-27 tahun ini.
Dow Jones Industrial Average ikut bergerak naik dengan peroleh 1,09 persen. Kenaikan didorong oleh harapan penurunan suku bunga dengan ekspektasi dari Dow Jones menunjukkan tingkat inflasi bulan Juni akan mencapai 3,1 persen tahun ke tahun atau lebih rendah dari catatan bulan Mei sebesar 3,3 persen.
Tingkat inflasi inti AS yang terpantau lebih fluktuatif. Diperkirakan naik 3,4 persen sejak Juni tahun lalu. Pada bulan Mei, CPI juga lebih tinggi 3,3 persen secara tahunan.