Polusi Udara di Dalam Kantor Bisa Bikin Perusahaan Rugi, Ini Penjelasannya

Ilustrasi kantor.
Sumber :
  • Pixabay.

Jakarta – Polusi udara dalam ruangan perkantoran diungkapkan dapat memengaruhi produktivitas pekerja dan mengakibatkan kerugian ekonomi bagi perusahaan. Hal itu disebut sick building syndrome, yang diperparah dengan ketiadaan ventilasi yang baik.

Kepala Research Center for Climate Change Universitas Indonesia (RCCC-UI), Budi Haryanto mengatakan, polusi udara yang terbawa ke dalam ruangan berasal dari pergerakan pekerja dari rumah ke kantor dan sebaliknya. Dalam perjalanan, pencemar dari emisi kendaraan dan kondisi sekitar dapat menempel di pakaian pekerja dan menyebar di dalam ruangan tertutup.

“Pekerja keluar-masuk dari rumah, naik sepeda motor, kemudian di jalan tertempel pencemar kimia dari kendaraan lain atau virus dan bakteri dari jalan, sehingga saat di kantor pencemar yang menempel di sepatu atau pakaiannya bisa menyebar,” kata Budi dikutip dari keterangannya, Rabu, 10 Juli 2024.

Deretan gedung bertingkat yang tertutup polusi di Jakarta, Jumat (21/6/2024).

Photo :
  • ANTARA

Melansir situs Nafas Indonesia, sistem pendingin terpusat di perkantoran memompa udara dari luar ke dalam bangunan. Polusi udara dalam bangunan terjadi ketika sistem penyaringan kurang baik dan diperparah oleh kualitas udara perkotaan yang buruk.

Ada juga pencemar dari kegiatan perkantoran, seperti penggunaan mesin cetak dan fotokopi, membuat polusi udara di dalam ruangan menjadi lebih parah.

Menurut Budi, sick building syndrome dapat mengganggu pekerja secara langsung dalam bentuk penyakit, seperti batuk dan pusing kepala. Pekerja yang menderita penyakit ini harus beristirahat satu-dua hari setiap bulannya. Bila ada beberapa pegawai yang mengalami sakit seperti ini akan menyebabkan kerugian perusahaan.

“Pekerja yang mengalami gangguan di organnya bisa dirawat di rumah sakit selama berbulan-bulan. Kondisi ini jelas akan merugikan produktivitas pekerja,” ujar Budi.

Selain penyakit fisik, polusi udara juga salah satu pemicu penyakit mental. Timbunan pencemar di otak dapat memicu gangguan kecemasan, demensia, dan depresi.

“Ini disebabkan senyawa kimia seperti merkuri, timbel, dan kadmium, serta logam-logam berat berbahaya lainnya yang terkandung, terbawa dalam udara,” ungkapnya.

Ilustrasi polusi udara.

Photo :
  • www.afp.com

Guna menekan dampak buruk polusi udara, pemerintah telah menyiapkan beberapa langkah. Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenkomarves) Rachmat Kaimuddin mengatakan, sektor transportasi menjadi salah satu penyebab polusi udara di Jabodetabek.

“Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi (Menkomarves) Luhut Binsar Pandjaitan telah menyampaikan beberapa inisiatif, seperti perluasan rute baru armada transportasi publik sesuai Rencana Induk Transportasi Jabodetabek,” ujarnya dalam pernyataan tertulis (11/6).

Rachmat juga menyampaikan adanya rencana penyelesaian revisi Perpres 191 Tahun 2014 agar penerima BBM bersubsidi lebih tepat sasaran, sembari mendorong penggunaan lebih banyak lagi truk, bus, mobil, serta motor listrik.