BI Buatkan Buku Panduan Kembangkan UMKM Lewat Pembiayaan Digital
- Dok. VIVA.co.id
Jakarta - Bank Indonesia (BI) meluncurkan buku kajian inovasi model bisnis pembiayaan digital Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Pembiayaan digital ini dapat menjadi referensi stakeholders dalam menerapkan pembiayaannya.
Deputi Gubernur BI, Juda Agung menyampaikan tiga hal untuk memperkuat peluang pembiayaan UMKM. Pertama, inovasi dalam pembiayaan UMKM memperluas alternatif model bisnis pembiayaan yang sejalan dengan kebutuhan UMKM serta sejalan dengan risk appetite Lembaga Keuangan.
"Kedua, digitalisasi tak hanya dari sisi pemasaran dan pembayaran, melainkan dari sisi pencatatan keuangan dan pembiayaannya. Ketiga adalah pentingnya akses terhadap informasi untuk mengurangi informasi asimetris antara lembaga keuangan dengan UMKM serta akses pasar," kata Juda dalam keterangannya pada Selasa, 25 Juni 2024.
Adapun, kajian ini diharapkan memperluas cakupan alternatif untuk mencapai RPIM tersebut. Kajian mengidentifikasi dan mengonfirmasi pembiayaan generik yang dapat dimanfaatkan lembaga keuangan sebagai alternatif.
"Temuan utama kajian ini adalah pentingnya akuisisi data nasabah dengan cara inovatif untuk mengurangi informasi asimetris antara UMKM dengan lembaga keuangan," ujarnya.
Untuk implementasinya, terang Juda, dengan pemanfaatan data konvensional dan alternatif untuk menentukan kelayakan debitur, serta pentingnya peran stakeholders dalam ekosistem pembiayaan digital. Lembaga keuangan dapat menggunakan big data analytics yang dipadukan dengan machine learning untuk memprediksi repayment capacity calon debitur.
Kajian pembiayaan digital turut memuat analisis yang dilakukan lembaga keuangan, upaya mitigasi risiko, permasalahan tantangan yang dihadapi serta upaya untuk mengatasinya.
"Harapannya, kajian ini dapat menjadi panduan industri keuangan untuk memperluas alternatif pembiayaan yang lebih inklusif. Telaah alternatif pembiayaan digital berikut implementasinya melalui kajian dapat diunduh pada link berikut," imbuhnya.
Sementara Deputi Komisioner OJK, Friderica Widyasari Dewi mengatakan prospek pembiayaan UMKM di Indonesia cerah. Sebab, porsi kredit perbankan kepada UMKM pada bulan April 2024 saat ini masih sebesar 7,3 persen atau di bawah Rp 1.400 triliun.
Sehingga, menurutnya terdapat peluang bagi lembaga pembiayaan untuk mencapai Rasio Pembiayaan Inklusif Makroprudensial (RPIM) sebesar 30 persen. Namun, potensi ini menjumpai tantangan UMKM yaitu permodalan dan SDM.
“Sinergi antar otoritas akan memberikan dampak besar bagi UMKM agar menjadi pilar utama ekonomi," ujarnya.