Indeks Dow Jones Diprediksi Menguat Ditopang Rencana Pemangkasan Suku Bunga The Fed
- ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan
Jakarta – Perpaduan antara pertumbuhan pendapatan dan penurunan suku bunga dinilai bakal menjadi faktor penguat untuk harga saham, dan mendorong Dow Jones Industrial Average ke angka lebih dari 100.000.
Kepala Investasi Main Street Research, James Demmert, dalam laporannya menjelaskan, dalam jangka waktu tujuh hingga sembilan tahun ke depan keputusan pasar saham akan sangat bullish.
"Pesan utama kami kepada investor adalah untuk tetap fokus pada fakta, bahwa pendapatan dan kebijakan Fed akan mendorong saham dan keduanya sangat menguntungkan. Karena valuasi saham relatif murah dibandingkan pendapatan di masa depan," kata Demmert, dikutip dari Bussiness Insider, Selasa, 18 Juni 2024.
Dia mengatakan, para investor harus berinvestasi sepenuhnya hingga kebutuhan alokasi saham tertinggi mereka. "Sehingga mereka dapat memanfaatkan fase awal pasar bullish yang baru dan kuat ini," ujarnya.
Demmert memperkirakan bahwa pasar saham dalam jangka panjang, akan mewakili potensi kenaikan sebesar 160 persen dari level indeks saat ini. Sementara dalam jangka pendek, Demmert melihat S&P 500 akan naik menjadi 6.000 pada akhir tahun, mewakili potensi kenaikan sekitar 10 persen dari level saat ini.
"Melemahnya data inflasi baru-baru ini menunjukkan tingkat suku bunga dan imbal hasil obligasi yang lebih rendah pada paruh kedua tahun ini, dan itu membuat saham lebih menarik," kata Demmert.
Dia memperkirakan, The Federal Reserve (The Fed) akan menurunkan suku bunganya antara satu hingga dua kali pada tahun ini. Dan pasar saat ini memperkirakan penurunan suku bunga pertama akan terjadi pada bulan September 2024 mendatang.
Namun apabila The Fed tidak memangkas suku bunga tahun ini, hal tersebut tidak akan menggagalkan perkiraan bullish Demmert karena pertumbuhan pendapatan tetap kuat dan tangguh.
"Laba saja dapat mendorong saham lebih tinggi. Namun data inflasi baru-baru ini dan komentar The Fed menunjukkan bahwa setidaknya satu kali penurunan suku bunga mungkin terjadi sebelum akhir tahun," kata Demmert.
"Hal ini akan menjadi pendorong yang kuat terhadap situasi pendapatan perusahaan yang sudah kuat. Karena harga saham menyukai pendapatan yang kuat dan suku bunga yang lebih rendah," ujarnya.