Bank Mandiri Proyeksi Ekonomi RI 2024 Tumbuh 5,06 Persen

Head of Macroeconomic & Financial Market Research Bank Mandiri Dian Ayu Yustina
Sumber :
  • VIVA.co.id/Anisa Aulia

Jakarta – Head of Macroeconomic & Financial Market Research Bank Mandiri Dian Ayu Yustina mengungkapkan pihaknya memproyeksikan, pertumbuhan ekonomi RI tahun ini sebesar 5,06 persen. Perkiraan ini seiring dengan kondisi tantangan geopolitik yang saat ini sedang terjadi. 

Dian mengatakan, ekonomi di 2024 juga diperkirakan masih cukup resilien menghadapi gejolak global. Hal ini seiring dengan berakhirnya rangkaian tahapan Pemilihan Presiden (Pilpres), yang akan mendorong keyakinan pelaku ekonomi untuk melakukan ekspansi. 

"Ekonomi masih bisa tumbuh sehat tahun 2024 ini di 5,06 persen. Tentunya kita melihat ini masih berjaga-jaga dengan kondisi tantangan geopolitik yang terjadi saat ini," kata Dian dalam Mandiri Macroeconomic Outlook, dikutip Rabu, 15 Mei 2024.

Ilustrasi pertumbuhan ekonomi Indonesia

Photo :
  • VIVAnews/Fernando Randy

Dian menuturkan, akan segera dimulainya tahapan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) juga dapat memberikan dorongan terhadap pertumbuhan konsumsi Indonesia. 

Dia melanjutkan, saat ini tantangan yang sedang dihadapi oleh RI ada di pasar keuangan, terutama terkait volatilitas nilai tukar rupiah. Namun, pihaknya memandang rupiah berpotensi menguat di akhir tahun bila the Fed menurunkan suku bunga acuannya. 

"Tapi kita masih lihat ada potensi penguatan di akhir tahun kalau the Fed menurunkan suku bunganya di semester II atau menuju akhir tahun. Jadi ini akan tergantung pada perkembangan data terutama di ekonomi AS dan juga geopolitik, apalagi ada faktor Pemilu AS di akhir tahun," jelasnya.

Di sisi lain dia menyebut, pelemahan kondisi ekonomi global mulai berimbas pada komponen investasi dan neraca perdagangan. Sebab, pertumbuhan investasi pada kuartal I-2024 masih cenderung lambat, yang terutama masih diakibatkan masih rendahnya investasi non-bangunan. 

Menurutnya, potensi risiko ke depan masih besar dengan masih berlangsungnya gejolak geopolitik global, kenaikan harga energi dan pangan, serta tekanan dari keluarnya investasi portofolio asing yang menyebabkan penguatan US Dolar. 

"Dengan demikian, suku bunga acuan belum akan turun dalam waktu dekat," imbuhnya.