Ekonomi RI Kuartal I-2024 Diproyeksi Tumbuh 5,15 Persen, Pemilu hingga Ramadhan Jadi Pendorong

Pertumbuhan Ekonomi Sektor Konstruksi
Sumber :
  • VIVA/M Ali Wafa

Jakarta – Ekonom memproyeksikan pertumbuhan ekonomi RI di kuartal I-2024 sebesar 5,15 persen secara year on year (yoy). Namun, angka pasti pertumbuhan ekonomi akan diumumkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada hari ini Senin, 6 Mei 2024.

Ekonom Makro ekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI, Teuku Riefky memperkirakan ekonomi Indonesia pada kuartal I-2024 akan ada di kisaran 5,12 persen hingga 5,17 persen.  

"Kami memproyeksikan PDB tumbuh sebesar 5,15 persen yoy di kuartal-I 2024, kisaran proyeksi 5,12 persen-5,17 persen. Dan 5,1 persen untuk keseluruhan tahun 2024, kisaran proyeksi 5,0 persen-5,1 persen," kata Riefky dalam laporannya Senin, 6 Mei 2024.

Pertumbuhan Ekonomi (ilustrasi).

Photo :
  • VIVA/M Ali Wafa

Riefky menjelaskan, pertumbuhan itu akan didorong oleh berbagai peristiwa dalam tiga bulan pertama tahun 2024 ini. Beberapa diantaranya penyelenggaraan Pemilihan Umum (Pemilu) dibarengi dengan adanya beberapa periode libur panjang, yang mana memiliki potensi untuk mendorong tingkat konsumsi secara umum.

"Lebih lanjut, perayaan musiman Ramadhan dapat memacu pertumbuhan ekonomi lebih lanjut. Di sisi lain, realisasi investasi yang jauh melampaui target mencerminkan tingkat kepercayaan investor terhadap prospek ekonomi Indonesia saat ini," jelasnya.

Selain itu Riefky menuturkan bahwa kondisi eksternal yang mempengaruhi ekonomi Indonesia pada awal tahun 2024 menunjukkan kombinasi tren positif dan tantangan yang muncul. Meskipun investasi kuat pada kuartal pertama dengan total investasi mencapai Rp 401,5 triliun meningkat 22,1 persen yoy, neraca perdagangan RI mengalami penurunan.

Pertumbuhan Ekonomi Sektor Konstruksi

Photo :
  • VIVA/M Ali Wafa

"Surplus perdagangan turun menjadi US$7,34 miliar pada kuartal-I 2024, penurunan sebesar 39,40 persen yoy, terutama karena penurunan ekspor yang lebih signifikan dibandingkan dengan impor. Pelambatan ekspor dapat dikaitkan dengan faktor-faktor seperti pelambatan ekonomi Tiongkok dan harga komoditas yang lebih rendah," terangnya.

Riefky mengatakan, secara bersamaan, juga terjadi aliran keluar modal dari pasar obligasi Indonesia. Tercatat pada kuartal I-2024 sebanyak US$1,89 miliar aliran keluar modal dari Indonesia. 

"Kemungkinan karena perubahan ekspektasi terhadap kebijakan suku bunga Federal Reserve AS dan ketidakpastian geopolitik global. Aliran keluar modal ini, bersama dengan pelemahan rupiah yang turun 2,96 persen ytd pada akhir Maret 2024, menunjukkan tekanan yang terus berlangsung pada stabilitas eksternal Indonesia," imbuhnya.