Wapres Ma'ruf Serukan Umat Islam Bangkitkan Ekonomi Syariah

Wakil Presiden RI, KH Maruf Amin
Sumber :
  • BPMI Setwapres

Jakarta – Ekonomi dan keuangan syariah menjadi salah satu penyokong kestabilan perekonomian masyarakat Indonesia. Aktivitas seperti pemanfaatan dana sosial syariah untuk mendukung kemandirian ekonomi umat, dan berbagai solusi lainnya hadir untuk mengatasi masalah di tengah-tengah masyarakat dengan mengutamakan prinsip syariah.

Namun, Wakil Presiden (Wapres) RI, K.H. Ma’ruf Amin mengatakan, beberapa orang masih enggan atau merasa takut untuk melakukan kegiatan perekonomian. Padahal, sejatinya ekonomi syariah dibangun untuk mendorong dan memberdayakan masyarakat. Hal ini disebabkan dewasa ini, umat Islam cenderung tertinggal di bidang ekonomi.

"Boleh jadi ini akibat daripada salah memahami ajaran agama, karena menganggap dunia itu tidak penting, yang penting itu akhirat. Itu mungkin salah, seperti itu," kata Wapres Ma'ruf pada Sabtu, 4 Mei 2024.

Wakil Presiden RI Maruf Amin (tengah) di sela kunjungan kerja di Athena, Yunani, Kamis waktu setempat, 23 November 2023.

Photo :
  • ANTARA/Indra Arief Pribadi

Berdasarkan pemikiran tersebut, Ma’ruf Amin mengungkapkan ada dua hadits yang menjadi sebab orang-orang takut untuk melakukan kegiatan ekonomi. Pertama, hadis yang menerangkan bahwa barang siapa yang mencintai hal-hal duniawi, maka urusan dunianya akan terancam.

“Siapa yang mencintai dunianya, membahyakan akhiratnya. Kalau cinta dunia, akhiratnya bahaya. Jadi orang takut,” ujarnya.

Kedua, kata dia, sebuah hadis menyebutkan bahwa mencintai dunia adalah biang atau sumber dari segala kesalahan.

Dalam kaitannya dengan dua hadis di atas, Ma’ruf Amin menyebut bahwa menurut Syekh Nawawi, yang dimaksud dengan cinta dunia yang membahayakan dan menjadi sumber kesalahan adalah ketika seseorang terbawa ke dalam hal-hal yang dilarang oleh Allah.

“Yang dimaksud cinta membahayakan dan sumber kesalahan adalah yang membawa kepada tindakan-tindakan, perbuatan-perbuatan yang dilarang [oleh Allah], atau menyia-nyiakan, perintah-perintah [Allah] diabaikan, itu yang dimaksud tadi," kata dia.

Apabila kecintaan manusia kepada dunia sewajarnya, lanjut dia, maka hal tersebut adalah manusiawi. Selama manusia tidak melakukan penyimpangan dan patuh pada Allah, cinta kepada dunia adalah hal yang wajar dan pada dasarnya sudah menjadi watak manusia.

“Memang yang dikhawatirkan itu orang mencari dunia, tidak tahu halal-haram. Mencari dunia kemudian lupa salat, mencari dunia enggak sempat mengaji,” ujarnya.