KFC hingga Starbucks Kesulitan Tangani Dampak Boikot, Laba Anjlok

Gerai Starbucks yang tidak memiliki izin merek resmi di Baghdad Iran.
Sumber :

Tel Aviv – Gerai kopi dan makanan cepat saji Amerika, Starbucks, McDonald's dan KFC terus mengalami boikot terkait perang Gaza yang berdampak pada bisnis mereka. Hal ini membuat kinerja keuangan mereka lebih rendah dari perkiraan dan penutupan sejumlah gerainya, yang mengalami kesulitan.

Dilansir dari Al Monitor, 2 Mei 2024, Starbucks pada hari Selasa, 30 April 2024, menurunkan ekspektasinya terhadap penjualan dan keuntungan setahun penuh setelah mengalami bencana pada kuartal pertama fiskal yang menyebabkan pelanggan menurun tajam.

Penjualan di toko yang sama (penjualan di kafe yang telah buka setidaknya selama satu tahun) turun 4 persen pada kuartal keuangan kedua. Analis Wall Street yang disurvei oleh FactSet memperkirakan kenaikan hanya sebesar 1 persen.

Kentucky Fried Chicken / KFC

Photo :
  • vivanews/Andry Daud

Starbucks mengatakan beberapa masalah berdampak pada penjualannya. Salah satunya adalah boikot yang terus berlanjut terhadap toko-toko mereka karena dianggap mendukung Israel dalam perang di Gaza. Terutama gerai yang dirasakan di Timur Tengah, juga di Amerika Serikat dan negara-negara lain.

Perusahaan tersebut mengatakan bahwa mereka tidak bersifat politis dan menyangkal mendukung militer atau Pemerintah Israel.

Boikot ini meningkat pada musim gugur lalu setelah Starbucks menggugat Starbucks Workers United, serikat pekerja, atas postingan media sosial pro-Palestina di akun serikat pekerja tersebut.

Pada saat itu, Starbucks mengatakan bahwa tindakan mereka bertujuan untuk menghentikan serikat pekerja meminjam nama dan logo perusahaan, yang dianggap membingungkan pelanggan. Namun, gugatan itu kini dihentikan sementara dan sedang menjalani mediasi.

Pada bulan Maret, AlShaya Group yang berbasis di Kuwait, perusahaan pemilik waralaba Starbucks Timur Tengah, mengungkapkan bahwa mereka harus memangkas 2.000 pekerjaan karena boikot, yang berarti sekitar 4 persen dari tenaga kerjanya.

Dalam upaya untuk memperbaiki kerusakan reputasi, badan amal Starbucks bulan lalu mengumumkan sumbangan US$ 3 juta (Rp 48,5 miliar) ke World Central Kitchen untuk memberikan bantuan makanan di Gaza.

Gerakan Boikot, Divestasi, Sanksi (BDS), yang berupaya memboikot perusahaan-perusahaan Israel dan internasional, yang mendukung Israel sebagai protes atas serangan negara tersebut terhadap wilayah Palestina, telah menargetkan perusahaan-perusahaan AS lainnya, termasuk Coca-Cola, McDonald’s, dan Pizza Hut.

McDonalds Negara Arab

Photo :
  • Gaey Arndt

Waralaba McDonald’s di Israel juga memicu kegemparan ketika terungkap bahwa mereka telah menyumbangkan ribuan makanan kepada militer Israel setelah serangan Hamas pada 7 Oktober.

Tetapi, operator makanan cepat saji tersebut mengatakan pada bulan Februari bahwa perang dan informasi yang salah seputar bisnisnya telah berdampak besar pada penjualannya. Khususnya di Timur Tengah dan negara-negara mayoritas Muslim seperti Malaysia.

Jaringan restoran cepat saji tersebut pada hari Selasa melaporkan sedikit peningkatan laba kuartalan, meskipun boikot terus berlanjut.

“Kami tidak memperkirakan akan ada perbaikan yang berarti dalam dampaknya sampai perang selesai,” kata CEO McDonald's Corporation, Chris Kempczinski.

Sementara itu, raksasa makanan cepat saji KFC juga menutup sementara lebih dari 100 tokonya di Malaysia pada 29 April, setelah kehilangan bisnis yang signifikan akibat dampak boikot terkait perang Gaza, 

QSR Brands, pemilik KFC, menutup 108 dari 600 gerainya di negara Asia Tenggara, terutama di negara bagian Kelantan yang mayoritas penduduknya Muslim, dengan alasan kondisi ekonomi yang sulit. Beberapa outlet berita melaporkan bahwa kesulitan keuangan adalah akibat dari boikot terhadap Gaza.