Mudik Lebaran 2024 Dinilai Beri Dampak Positif untuk Perekonomian Indonesia

Masyarakat gunakan kereta api saat mudik Lebaran 2024 (dok: KAI)
Sumber :
  • VIVA.co.id/Anisa Aulia

Jakarta – Masyarakat baru saja merayakan Puasa Ramadan dan Lebaran Hari Raya Idul Fitri 2024, pada momen itu mayoritas masyarakat menjalankan tradisi mudik ke kampung halaman. Dari momen ini, biasanya akan memberikan dampak terhadap perekonomian Indonesia.

Ekonom Center of Reform on Economic (CORE), Yusuf Rendy Manilet memperkirakan dari momen Ramadan dan Lebaran akan memberikan andil pertumbuhan ekonomi sebesar 1,5 persen hingga 2 persen terhadap sumber pertumbuhan masing-masing kuartal. 

"Jadi sebagai ilustrasi ketika misalnya di kuartal pertama pertumbuhan ekonomi itu mencapai 5 persen, maka 1,5 hingga 2 persen sumber pertumbuhan tersebut dihasilkan dari momentum Lebaran. Dan, angka ini didapatkan dari melakukan kalkulasi sederhana sumber pertumbuhan terhadap sektor-sektor yang dinilai terdampak dengan adanya momentum Ramadan dan Lebaran," kata Yusuf saat dihubungi VIVA pada Jumat, 19 April 2024.

Ilustrasi grafik perekonomian (Source: https://www.istockphoto.com/id)

Photo :
  • vstory

Dia menjelaskan, untuk sektor-sektor yang terdampak dengan adanya momentum ini, yakni industri pengolahan utamanya makanan, minuman, tekstil dan produk tekstil. 

"Tekstil dan produk tekstil merupakan beberapa di antara sektor yang terdampak positif dari adanya momentum Ramadan terutama dari sektor industri manufaktur," jelasnya.

Selain itu, sektor transportasi dan pergudangan akan terdampak karena adanya momentum mudik Lebaran, serta sektor akomodasi makanan dan minuman. 

"Sektor akomodasi makanan dan minuman, di mana lebaran nantinya ada masyarakat yang memanfaatkan libur Lebaran untuk staycation sebagai sarana liburan bagi mereka," jelasnya.

Sedangkan, kata Yusuf, dampaknya ke ekonomi daerah belum dapat memastikan secara pasti. Namun, dia menilai sektor pariwisata akan terdampak adanya libur Lebaran ini. 

"Peningkatan jumlah wisatawan lokal terutama ke tempat-tempat wisata yang menjadi tradisi di masing-masing daerah, dan kondisi ini tentu bisa berdampak terhadap peningkatan retribusi daerah dari tempat-tempat wisata tersebut. Dengan asumsi, tempat wisata tersebut telah dikelola dengan baik oleh Dinas Pariwisata di masing-masing daerah," kata dia.

Lebih lanjut, Yusuf mengatakan pada momentum mudik Lebaran ini akan mendorong kenaikan jumlah uang beredar. Hal ini seiring dengan jumlah pemudik yang diperkirakan mencapai 190 juta orang, atau lebih tinggi jika dibandingkan tahun lalu yang hanya sejumlah 134 juta orang.  

"Berdasarkan kalkulasi saya, proyeksi jumlah uang beredar bisa berada di kisaran Rp130 triliun hingga Rp140 triliun, terutama bulan April di mana periode mudik itu dijalankan," imbuhnya.