Gempuran Iran ke Israel Bisa Picu Perang Dunia, Intip Dampaknya ke Bursa, Rupiah, hingga Komoditas
- Tangkapan layar
Jakarta – Serangan Iran ke Israel menjadi perhatian khusus pelaku ekonomi dan bisnis dunia. Sejumlah bursa saham dunia hingga nilai mata utang ikut melemah akibat gempuran militer tersebut. Iran diketahui bertujuan membalas serangan Israel ke Konsulat Iran di Damaskus yang menewaskan petinggi militer Iran.
Rudal dan drone Iran tersebut memang ditangkis oleh sistem pertahanan milik Israel yaitu Iron Dome hingga Arrow 3. Namun, dampak ekonominya mulai dirasakan bagi negara di Asia hingga Eropa.
Bagaimana tidak, serangan tersebut dianggap bisa menjadi pemicu perang dunia ketiga. Di satu sisi, banyak pihak, termasuk PBB menyerukan untuk menghentikan ketegangan di Timur Tengah. Hal ini juga menjadi informasi penting yang juga membuat dampak ekonomi tidak sebesar yang diperkirakan.
IHSG dan Bursa Asia Anjlok
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penurunan di hari pertama kerja usai libur Lebaran, Selasa, 16 April 2024 yang dibuka melemah di angka 2,4 persen. Hal ini sejalan dengan pelemahan saham beberapa bursa Asia, seperti Nikkei yang anjlok 2,23 persen, Hang Seng 1,93 persen dan juga Wall Street yang ditutup anjlok setelah serangan tersebut.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim membenarkan dampak tersebut. Namun dia mengatakan bahwa sebenarnya dampak dari serangan militer Iran ke Israel sudah terasa sejak Senin, 15 April 2024 dimana bursa-bursa saham di kawasan Asia juga kompak anjlok terkena imbas dari serangan tersebut.
"Sebenarnya pada pembukaan pasar di hari Senin kemarin itu, indeks harga saham di Asia itu berguguran semua. Termasuk Jepang, China, kemudian Korea, Singapura, itu hampir semua berguguran. Ini dampak dari penyerangan Iran terhadap Israel," kata Ibrahim saat dihubungi VIVA Bisnis, Selasa, 16 April 2024.
Dia pun menjelaskan bahwa sentimen dari serangan Iran ke Israel itu, juga mempengaruhi anjloknya saham-saham di negara-negara yang notabene berkiblat ke Eropa dan Amerika. Hal itu menurutnya sangat wajar, karena pelaku pasar ketakutan apabila eskalasi serangan itu akan memicu Perang Dunia Ketiga.
"Tapi nanti biasanya 2 hari kemudian akan kembali normal. Karena dari mereka (Iran dan Israel) juga kayaknya enggak bakal meningkatkan eskalasi (konflik). Apalagi Pendana Menteri Israel sudah mengatakan tidak akan melakukan penyerangan terhadap Rafah, Masjidil Aqsa. Artinya ini hanya sesaat saja," ujarnya.
Sementara itu, Direktur Penilaian Perusahaan Bursa Efek Indonesia (BEI), I Gede Nyoman Yetna mengaku, pihaknya tidak serta merta mengaitkan langsung tensi geopolitik Timur Tengah itu sebagai satu-satunya faktor utama dari pelemahan IHSG hari ini. Dia menegaskan, bursa saham tetap akan bergerak sendiri sesuai dengan situasi yang ada secara dinamis. banyak faktor lainnya yang juga ikut mempengaruhi IHSG, termasuk aspek makro ekonomi.
"Pasar akan bergerak sendiri secara dinamis dari masa ke masa, sesuai dengan kondisi yang ada. Kan pasarnya bergerak dinamis," ujarnya.
Rupiah Ambruk
Usai libur Lebaran 2024, nilai tukar rupiah dibuka melemah terhadap dolar AS sebesar 280 poin atau 1,77 persen ke posisi Rp 16.128 per dolar AS pada Selasa pagi, 16 April 2024.
Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia, Edi Susianto mengatakan, memanasnya konflik Iran-Israel membuat nilai tukar negara emerging market atau negara berkembang melemah, termasuk mata uang Indonesia yakni rupiah.
"Memanasnya konflik di Timur Tengah khususnya konflik Iran-Israel, perkembangan tersebut menyebabkan makin kuatnya sentimen risk off. Sehingga mata uang emerging market khususnya Asia mengalami pelemahan terhadap USD. DXY selama periode libur lebaran menguat sangat signifikan yaitu dari 104 menjadi di atas 106, bahkan per pagi ini sudah mencapai angka 106,3," kata Edi saat dihubungi VIVA Bisnis, Selasa, 16 April 2024.
Sementara, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo juga buka suara soal anjloknya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada Selasa, 16 April 2024. Ia menegaskan bahwa Bank Indonesia selalu berada di pasar dan berupaya menstabilkan nilai tukar.
Selain itu, pihaknya juga menyiapkan langkah intervensi untuk menghadapi anjloknya nilai tukar tersebut.
Diketahui, nilai tukar rupiah dibuka melemah terhadap dolar AS sebesar 280 poin atau 1,77 persen ke posisi Rp 16.128 per dolar AS pada Selasa pagi. Salah satu penyebabnya, karena memanasnya konflik antara Israel-Iran.
"BI selalu ada di pasar dan kami akan memastikan nilai tukar akan terjaga gitu, kita lakukan intervensi baik melalui spot maupun non delivery forward (NFD)," kata Perry kepada wartawan di Istana Kepresidenan, Selasa, 16 April 2024.
Emas Berkilau
Harga emas internasional naik pada perdagangan Selasa, 16 April 2024 mendekati rekor tertinggi. Itu terjadi karena kekhawatiran meningkatnya ketegangan di Timur Tengah mendorong investor menuju logam safe-haven.
Dilansir dari The Economic Times, harga emas di pasar spot naik tipis 0,1 persen ke $2.383,37 per ons pada 01.03 GMT atau 08.03 WIB. Bullion mencapai level tertinggi sepanjang masa di $2.431,29 pada hari Jumat. Sedangkan emas berjangka AS naik 0,7 persen menjadi $2.400 per ons.
Sementara itu, harga emas produksi PT Aneka Tambang Tbk (Antam) hari ini tercatat dibanderol seharga Rp 1.321.000 per gram. Harga itu kembali naik Rp 6.000 per gram dibandingkan perdagangan kemarin dan mendekati rekor tertingginya.
Dikutip dari data Unit Bisnis Pengolahan dan Pemurnian Logam Mulia Antam, harga pembelian kembali atau buyback emas ditetapkan seharga Rp 1.215.000 per gram. Harga itu naik Rp 9.000 dibanding dengan perdagangan kemarin.
Harga Minyak Dunia Merosot
Harga minyak dunia merosot sekitar 1 persen per barel setelah serangan Iran terhadap Israel pada akhir pekan kemarin. Hal ini disebut membuktikan bahwa eskalasi itu tidak terlalu merusak dibandingkan yang diperkirakan, sehingga mengurangi kekhawatiran akan konflik yang semakin intensif yang dapat mengubah harga minyak mentah.
Dilansir dari The Economic Times, harga minyak brent berjangka untuk pengiriman Juni turun 91 sen atau 1 persen menjadi $89,54 per barel pada pukul 17.17 GMT atau 00.17 WIB, Selasa, 16 April 2024. Sementara Minyak mentah berjangka AS untuk pengiriman Mei turun 87 sen atau 1 persen menjadi $84,79 per barel.
Sebelumnya, harga minyak mentah naik pada perdagangan Jumat yang terlihat seperti mengantisipasi serangan balasan Iran, dengan harga melonjak ke level tertinggi sejak Oktober.
Harga BBM Indonesia Dipastikan Tidak Naik
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menegaskan belum membuka opsi penyesuaian harga BBM dan LPG sebagai imbas dari konflik Iran-Israel yang berpotensi menaikkan harga minyak mentah dunia.
"Sampai saat ini belum. Menurut saya sebaiknya kita step by step dalam hal kebijakan, dan dalam hal persiapan kemungkinan terburuk yang harus kita lakukan," kata Direktur Jendral Migas, Tutuka Ariadji di Kementerian ESDM, Jakarta, Selasa, 16 April 2024.
Menurutnya, ekskalasi konflik Iran-Israel tidak akan meninggi dan berlangsung dalam waktu lama. Karena kedua negara dan para sekutunya justru terlihat cenderung menurunkan tensi konflik.
"Karenanya dalam kebijakan, (pengambilan) keputusan jangan cepat-cepat. Saat ini kami melihat spike. Jadi kalau spike, tidak perlu direspons segera," ujarnya.
Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto memastikan, harga Bahan Bakar Minyak (BBM) subsidi tidak akan naik dalam dua bulan ke depan alias hingga Juni 2024. Meskipun, kini harga minyak mentah jenis brent naik 0,18 persen (dtd) ke level US$90,29 per barel, atau jauh lebih tinggi jika dibandingkan posisi 1 Januari 2024 sebesar US$77,4/barel.
Airlangga mengatakan, saat ini Pemerintah masih memantau situasi perkembangan harga minyak dunia. Menurutnya, jika tidak ada eskalasi harga Bahan Bakar Minyak (BBM) subsidi masih bisa ditahan oleh Pemerintah.
"Kita melihat satu dua bulan situasi seperti apa. Jadi kalau tidak ada eskalasi kita berharap harga minyak bisa flatten, tetapi kalau ada eskalasi tentu berbeda," kata Airlangga di Kantornya.