SMF Ungkap Rumah Tidak Layak Huni di RI Masih Banyak

Kepala Divisi Riset Ekonomi PT Sarana Multigriya Finansial (Persero) atau SMF Martin Daniel S (kanan)
Sumber :
  • VIVA.co.id/Anisa Aulia

Jakarta – PT Sarana Multigriya Finansial (Persero) atau SMF menyebut, penduduk Indonesia yang tinggal di rumah tidak layak huni masih terbilang besar mencapai 38,6 persen terhadap total rumah tangga pada tahun 2023. Bahkan menurutnya, Indonesia masuk dalam urutan teratas dibandingkan negara-negara G20

Kepala Divisi Riset Ekonomi PT SMF, Martin Daniel S mengatakan, persentase rumah tidak layak huni pada 2023 ini terbilang cukup besar. Meskipun jumlah ini menurun dari 2022 yang sebesar 39,3 persen. 

"Artinya cukup besar, kembali kalau kita melihat bahwa posisi pertumbuhan ekonomi Indonesia dan PDB per kapita kita yang sudah masuk ke kelas menengah tinggi 36,8 persen, itu kegedean. Dibandingkan negara negara G20 ini pemenang, bukan pemenang yang baik," kata Martin dalam konferensi pers di kantornya, Kamis, 4 April 2024. 

Ilustrasi perumahan.

Photo :
  • VIVA/M Ali Wafa

Berdasarkan data paparannya, persentase rumah tidak layak huni terhadap total rumah tangga pada 2017 sebesar 46,7 persen, kemudian pada 2018 turun menjadi 45,9 persen, dan turun lagi pada 2019 di 43,5 persen. 

Lalu pada 2020 menjadi sebesar 40,5 persen, 2021 di angka 39,1 persen. Kemudian pada 2022 jumlah rumah tidak layak huni sebesar 39,3 persen, dam 2023 menjadi 38,6 persen. 

"Tapi kembali ada tren penurunan dari tahun 2017 ke tahun 2023 dari 46,7 persen turun ke 36,8 persen. Kembali bukan ingin mengecilkan pencapaian yang sudah dilakukan oleh pemerintah Indonesia, tetapi kita juga harus hati-hati ketika menyikapi pencapaian tersebut," jelasnya. 

"Karena bisa jadi pencapaian tersebut sifatnya semu, jadi ada isu teknikalitas di belakang itu," sambungnya.