Bos Bapanas Bantah Kenaikan Harga Telur karena Ada Bansos Stunting
- VIVA/ Sherly
Jakarta – Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas), Arief Prasetyo Adi membantah isu yang mengatakan bahwa kenaikan harga telur ayam saat ini, karena adanya program bantuan pangan telur.
Arief mengakui, saat ini harga telur ayam memang mengalami kenaikan, yang mana berdasarkan panel harga pangan per 5 Maret harga rata-rata nasional telur ayam ras di tingkat konsumen menyentuh Rp 31.589 per kilogram (kg).
“Ada isu yang bilang harga telur itu naik, katanya karena adanya program bantuan pangan telur. Saya jelaskan bantuan pangan dari NFA bersama ID FOOD berupa telur dan daging ayam bagi keluarga risiko stunting, belum kita mulai. Padahal harga telur naik hari ini, karena sebulan lalu harga jagung pakan itu Rp 9.000 per kg,” ujar Arief dalam keterangannya Kamis, 7 Maret 2024.
Arief menjelaskan, sebagai kontinuitas implementasi program sejak tahun lalu, bantuan pangan penanganan stunting akan disalurkan kembali kepada 1,4 juta Keluarga Risiko Stunting (KRS) menggunakan basis data KRS dari Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN).
Arief menuturkan, dalam hal ini paket bantuan berupa daging ayam 1 kg dan telur 10 butir akan diberikan dalam 2 tahapan atau selama 6 bulan.
“Sesuai arahan Bapak Presiden Joko Widodo, bantuan pangan penanganan stunting ke 1,4 juta keluarga dalam 2 tahap atau total 6 bulan untuk digulirkan kembali tahun ini, justru dengan ini dapat memberi tekanan ke pasar. Ini karena Pemerintah itu selalu hadir dan ini bisa dikonfirmasi kepada seluruh peternak. Sekarang panen jagung mulai naik, sehingga harga jagung mulai bergerak turun,” jelasnya.
Arief melanjutkan, unsur krusial pembentuk harga telur ayam ras terletak pada harga jagung pakan. Sedari tahun lalu terang Arief, pihaknya telah menggelontorkan program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) jagung pakan ke para peternak dengan harga Rp 5.000 per kg. Hal ini disebabkan karena harga jagung pakan berada di kisaran Rp 9.000 per kg.
“Mengenai harga telur dan ayam hari ini, 50 persen lebih itu karena pakannya dari jagung pipilan kering. Waktu itu harga jagung mendekati Rp 9.000 per kg, sehingga pemerintah melakukan importasi melalui Perum Bulog sejumlah 250 ribu ton dan disalurkan ke peternak-peternak mandiri kecil sesuai verifikasi data yang diperoleh dari Dirjen PKH Kementan (Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian),” jelasnya.