Bank BJB Cetak Laba Rp 2,1 Triliun pada 2023, Dirut Ungkap Strategi Jaga Kinerja
- Istimewa
Jakarta – Bank BJB berhasil meraup laba sebesar Rp 2,1 triliun pada tahun 2023, seiring pertumbuhan kredit sebesar 7,5 persen secara year-on-year (yoy) pada kuartal IV di tahun yang sama.
Direktur Utama Bank BJB, Yuddy Renaldi mengakui, meskipun ada sedikit perlambatan, pihaknya tetap fokus pada segmen dengan yield tinggi untuk menjaga kinerja keuangan yang tangguh dan efisien.
"Dengan capaian ini, Bank BJB berhasil mencatat laba sebesar Rp 2,1 triliun pada tahun 2023, dan menunjukkan kinerja keuangan yang tangguh dan efisien," kata Yuddy dalam keterangannya, Selasa, 5 Maret 2024.
Selain capaian tersebut, Yuddy juga melaporkan bahwa Consumer Loan dengan yield 12,2 persen berhasil tumbuh 6,3 persen (yoy). Apalagi, Dia meyakini bahwa Consumer Loan sebagai Captive Market juga masih memiliki peluang pertumbuhan yang baik. Utamanya dari pembukaan penerimaan ASN, setelah periode moratorium yang panjang serta alih fungsi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (P3K).
Apalagi secara populasi, tenaga P3K di Jawa Barat dan Banten telah bertambah 18.157 individu sepanjang semester II-2023. Demikian juga dengan tenaga P3K yang menjadi debitur Bank BJB, yang mendorong pertumbuhan bisnis konsumer dari 5,6 persen (yoy) pada kuartal II-2023 menjadi 6,3 persen (yoy) pada kuartal IV-2023, dengan rate 25-50 bps di atas untuk loan baru yang dibukukan.
Sementara Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh dengan menjaga LDR yang optimal per Desember sebesar 87,5 persen, sekaligus rasio-rasio likuiditas lainnya sesuai ketentuan regulator yang ada. Dimana, total DPK per Desember 2023 tercatat sebesar Rp 136,6 trilliun, dan mampu menjaga dampak kenaikan suku bunga melalui rebalancing aset dan liabilitas yang sensitif dengan memastikan kondisi likuiditas terjaga dengan baik.
Kemudian, biaya dana (cost of fund) per Desember 2023 cenderung flat pada level 4,3 persen. Dengan kembali dipertahankannya suku bunga BI di level 6 persen, Bank BJB harus melakukan manajemen aset dan likuiditas yang lebih optimal guna menyikapi kondisi 'Higher for Longer'.
Selanjutnya, Rasio kredit macet alias Non Performing Loan (NPL) mampu dijaga rendah di level 1,35 persen, dengan Loan Coverage pada level 113,5 persen, Rasio CAR pada level 20,1 persen, dan Tier-one rasio pada level 15,3 persen.
"Dengan catatan kinerja tersebut, efisiensi dalam kegiatan operasional terus didorong bersamaan juga dengan potensi-potensi fee based income yang terus dioptimalkan, sehingga menutup tahun 2023 dengan catatan laba Rp 2,1 triliun," ujarnya.