Polemik LFP atau Nikel, TKN: Hilirisasi Bikin RI Nikmati Nilai Tambah SDA Sendiri
- Istimewa
Jakarta – Wakil Ketua TKN Prabowo-Gibran Eddy Soeparno angkat bicara mengenai polemik Lithium Ferro Phosphate (LFP) dan Nikel sebagai bahan baku mobil listrik yang ramai menjadi perbincangan publik.
Eddy yang juga Sekjen PAN ini menegaskan sikap dan posisi Prabowo-Gibran adalah melanjutkan kebijakan hilirisasi agar Indonesia menikmati nilai tambah ekonomi atas sumber daya alam (SDA)-nya sendiri.
"Hilirisasi adalah kebijakan Presiden Jokowi untuk memutus penyakit kronis di Indonesia yang namanya impor bahan baku mulai dari impor gas, BBM, bahan kimia dan impor bahan baku produksi lainnya," ujar Eddy dalam keterangan resminya Kamis, 25 Januari 2024.
"Hilirisasi Nikel ini mencegah jangan sampai kita mengimpor lagi bahan baku yang sebenarnya sudah kita miliki untuk pembuatan baterai. Justru saya bertanya kenapa ada yang menolak Indonesia berdaulat atas Sumber Daya Alamnya sendiri?" sambungnya.
Pimpinan Komisi VII DPR RI ini menegaskan, sebagai bagian dari agenda melanjutkan hilirisasi, maka Prabowo Gibran berkomitmen untuk terus memperkuat industri dalam negeri.
"Yang harus dilakukan adalah memperkuat industri dalam negeri. Saat ini sumbangan sektor industri terhadap PDB kita hanya 18 persen padahal seharusnya 28 sampai 30 persen. Sementara serapan tenaga kerja sektor industri masih di angka 14 persen," imbuhnya.
Menurut Eddy, saat ini yang sudah ada adalah industri hulu dan belum sampai pada industri antara dan industri hilirnya.
"Padahal kalau ingin memproduksi baterai kita harus persiapkan industri antaranya dan baru kemudian industri hilirnya untuk memproduksi mobil listrik," kata dia.
Eddy menjelaskan dengan memproduksi baterai akan memberi nilai tambah 130 sampai 170 kali lipat dari Bijih Nikel (Ore) dan ketika bisa sampai memproduksi mobil listrik maka nilai tambahnya mencapai 500 kali lipat.
"Value chain inilah yang ingin dibangun oleh Pak Prabowo dan Mas Gibran agar menciptakan nilai tambah yang signifikan untuk Nikel karena kita memiliki industri yang mampu mengolah produk turunan nikel hingga jadi batere," pungkasnya.