Pertama Kalinya Setelah 11 Tahun, Impor Beras dari Kamboja 3.500 Ton Masuk RI
- ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan
Jakarta – Sebanyak 3.500 ton beras impor asal Kamboja masuk ke Indonesia, untuk penguatan Cadangan Pangan Pemerintah (CPP). Beras sebanyak 3.500 ton itu baru 10.000 dari target.
Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas), Arief Prasetyo Adi mengatakan, kedatangan beras impor itu merupakan salah satu hasil pertemuan Presiden Joko Widodo dengan Perdana Menteri (PM) Kamboja Hun Manet pada 4 September lalu.
“Hari ini merupakan pertama kalinya Kamboja mengirimkan berasnya setelah adanya MoU sejak 11 tahun yang lalu, 11 tahun tidak ada yang bisa mengeksekusi MoU itu dan tidak satu butir pun beras masuk. Nyatanya ini bisa kita kerjakan dan akhirnya terjadi hari ini, sekarang beras dari Kamboja ini bisa masuk dan berasnya sangat baik,” kata Arief dalam keterangannya Kamis, 2 November 2023.
Arief mengatakan stok beras ini hanya untuk CPP, yang mana merupakan bagian dari CPP yang harus dimiliki oleh Perum Bulog.
"Apalagi Bapak Presiden Joko Widodo telah meminta bantuan pangan beras untuk masyarakat terus dilanjutkan dan stok beras di Bulog akhir tahun nanti minimal ada 1 juta ton,” jelasnya.
Arief menjelaskan, dari impor beras asal Kamboja itu terdapat total 140 kontainer yang muatannya berisikan beras 25 ton per kontainernya. Jumlah keseluruhannya mencapai 3.500 ton, dan telah diambil sampel pengecekan oleh Badan Karantina Indonesia guna memastikan aspek keamanan dan mutu pangannya.
Arief mengatakan, kedatangan stok beras dari luar negeri merupakan langkah pemerintah yang telah dipertimbangkan secara seksama dan komprehensif. Ia memastikan penggunaannya hanya diperuntukkan ke program-program pemerintah dalam rangka intervensi pasar dan bantuan ke masyarakat.
“Kita tidak semata-mata hanya mengimpor saja dari Kamboja dan menjadi net importir, tidak seperti itu. Potensi ekspor pupuk dari ke Kamboja melalui BUMN Pupuk Indonesia Holding Company (PIHC) juga besar, ada sebanyak 490 ribu ton untuk ekspor ke Kamboja yang saat ini bisa disiapkan," ujarnya.
"Angka ini tentunya setelah mengamankan kebutuhan pupuk nasional termasuk buffer-nya. Jadi kita beli beras, pada saat yang sama kita jual pupuk untuk membantu produksi pangan dunia," sambungnya.