Harga BBM RI Diprediksi Naik Lagi, Perang Israel-Hamas Jadi Pemicu

Ilustrasi harga BBM.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Ikhwan Yanuar

Jakarta – Pengamat energi, Komaidi Notonegoro menilai harga Bahan Bakar Minyak (BBM) berpotensi naik kembali seiring dengan lonjakan harga minyak mentah dunia. Ini diketahui akibat adanya perang antara Israel dan Hamas telah memicu ketidakpastian di Timur Tengah. 

Komaidi mengatakan, ketegangan politik biasanya menjadi faktor non fundamental yang memberikan pengaruh besar terhadap pergerakan harga minyak. Hal itu dipengaruhi oleh kekhawatiran pasar terhadap produksi minyak mentah. 

"Ini biasanya lebih tidak terkendali karena ada kekhawatiran pasokannya atau produksinya terhambat. Sehingga pasar merespons lebih panik umumnya demikian, dan harga biasanya jauh lebih tidak terkendali," ujar Komaidi saat dihubungi VIVA Bisnis, Kamis, 12 Oktober 2023. 

Iron Dome, sistem pertahanan udara Israel menghalau serangan Hamas di Gaza

Photo :
  • AP Photo/Tsafrir Abayov

Minyak Dalam Negeri Sebagian Impor

Menurutnya, akibat kekhawatiran dan paniknya pasar terhadap produksi, itu akan membuat harga minyak mentah naik di pasar internasional. 

"Kalau itu terjadi tentu harga di pasar internasional akan naik. Kalau harga minyak mentahnya naik ya, secara otomatis harga BBM juga akan naik," jelasnya. 

"Kenapa demikian? Karena sebagian besar minyak di dalam negeri kita sudah impor untuk memenuhi kebutuhan kebutuhan dalam negeri sudah dilakukan melalui impor. Artinya kalau pembeliannya meningkat otomatis jualnya meningkat," tambahnya.

Adapun harga minyak dunia melonjak lebih dari $4 per barel di awal perdagangan Asia pada Senin, 9 Oktober 2023. Itu terjadi karena bentrokan militer dramatis antara pasukan Israel dan Hamas selama akhir pekan memperdalam ketidakpastian politik di Timur Tengah.

Dilansir dari The Economic Times, minyak mentah Brent naik US$4,18, atau 4,94 persen menjadi US$88,76 per barel pada 01.20 Greenwhich Mean Time (GMT). Sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS berada di US$87,02 per barel, naik $4,23, atau 5,11 persen.