Heboh Beredar Beras Sintetis di Pasar Pas Harga Lagi Mahal-mahalnya

Petugas dari Pemko Medan saat mengambil sempel beras Pasar tradisional Pringgan,
Sumber :
  • B.S Putra/ VIVA.

Medan – Komoditas beras menjadi sorotan saat ini karena harganya mengalami kenaikan akibat kekeringan yang menghambat produksi. Di tengah fenomena tersebut, heboh kabar adanya beras sintetis yang beredar di pasar tradisional.

Heboh isu yang viral di media sosial itu terjadi di Medan. Dinas Ketahanan Pangan, pertanian, dan perikanan Kota Medan turun ke Pasar tradisional Pringgan, Kota Medan, Rabu 11 Oktober 2023. Untuk melakukan pengecekan dan pengambilan sampel beras yang dijual di pasar tersebut.

Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian, dan Perikanan Kota Medan, Gelora Kurnia Putra Ginting, memimpin langsung inspeksi mendadak (Sidak), dengan mendatangi 7 titik toko grosir dan eceran di Pasar tersebut, dengan total 15 jenis sampel.

Gelora menjelaskan, dalam sidak ini, pihaknya menurunkan satu unit bus laboratorium keliling. Kemudian, dilakukan pengecekan secara laboratorium, untuk memastikan indikasi berasa sintetis itu.

“Hari ini, kita cek grosir di luar pasar ada 4 dan di dalam ada 3 pengecer. Ini kita sudah ambil sampelnya di berbagai jenis beras. Ternyata pemasok beras di Pasar Pringgan itu masih beras lokal. Rata-rata dari Sunggal, Pakam, Tebing Tinggi, dan Sergai,” jelas Gelora kepada wartawan di Pasar tradisional Pringgan, Kota Medan.

Gelora mengungkapkan setelah pengambilan sampel tersebut, akan diuji di laboratorium UPT Dinas Ketahanan Pangan, selanjutnya dilakukan mutu untuk uji parometer standar nasional Indonesia. 

“Rata-rata kita ambil kelas premium karena yang diindikasikan kemarin harga Rp 145 ribu per 10 kilogram untuk jenis premium,” ucap Gelora.

Ilustrasi harga beras.

Photo :
  • VIVA/Anisa Aulia

Sedangkan, untuk beras jenis SPHP yang diedarkan melalui Badan pangan nasional dari Bulog yang telah beredar seperti melalui pasar murah sudah dilakukan pengecekan melalui uji sampel dari gudang. Dari hasil uji laboratorium memang masih sesuai dengan mutu SNI kelas medium. 

“Karena itu temuannya di luar, makanya kita ambil (sampel),” tutur Gelora.

Dari pengakuan Gelora, informasi adanya isu penggunaan bahan campuran plastik atau temuan beras sintetis di Medan berasal dari berita di media. Dalam berita tersebut, seorang ibu membeli beras di Pasar Pringgan dengan harga beli Rp 145 ribu per 10 kilogram. Dari pengakuan ibu tersebut, setelah beras dimasak rasanya tidak seperti biasa.

“Jadi ibu itu beranggapan ada itunya (plastik). Anggapan inilah yang membuat masyarakat resah. Jadi, kita lakukan tindakan ini agar masyarakat tidak resah. Kita mau cek sebenarnya bagaimana kebenaran informasi yang didapat ibu itu,” kata Gelora.

Ilustasi harga sejumlah beras yang ada di pedagang pasar.

Photo :
  • VIVA.co.id/Ikhwan Yanuar

Pihaknya juga mengimbau kepada masyarakat untuk tidak berasumsi terhadap suatu produk yang belum valid disebar ke masyarakat. Apalagi, secara visual yang beradar selama ini seperti adanya gumpalan nasi yang memantul saat dilempar menurutnya tidak bisa dijadikan kebenaran.

“Hasil uji laboratorium yang bisa dijadikan kebenaran. Saya sendiri sudah cek di rumah dua-dua mental juga yang premium dan SPHP,” ucap Gelora.

Gelora menambahkan bahwa untuk mengetahui hasil uji laboratorium terhadap sampel paling lama sampai tiga hari ke depan. 

“Karena satu toko ada dua sampai tiga merek yang kita ambil, makanya tunggu sampai 3 hari. Totalnya ada 15 sampel,” jelas Gelora.