Cara Pertamina EP Rantau Field Ciptakan Ekosistem Inovasi Sosial Usaha Ramah Difabel

Inklusi Coffee di Aceh Tamiang.
Sumber :
  • Dok. Pertamina EP Rantau

Jakarta – Pertamina EP (PEP) Rantau Field menjalankan berbagai program pemberdayaan masyarakat baik pada bidang pendidikan, ekonomi, kesehatan dan lingkungan. Salah satu program pemberdayaan yang dilaksanakan adalah program Pengembangan Ekonomi Kreatif Masyarakat Difabel – Pertamina Berdikari Rumah Kreatif Tamiang. 

Program tersebut memfokuskan isu peningkatan perekonomian bagi penyandang difabel. Program tersebut didasari oleh keterbatasan masyarakat difabel dalam mengakses lapangan pekerjaan dan kesempatan dalam meningkatkan keterampilannya yang secara tidak langsung mempengaruhi kondisi perekonomiannya.

Program ini diinisiasi oleh Pertamina EP (PEP) Rantau Field yang bekerja sama dengan Dinas Sosial Kabupaten Aceh Tamiang, Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Aceh Tamiang, Kampung Tanjung Karang, SLBN Pembina Aceh Tamiang dan LSM Boemi.

Lokasi usaha Kelompok Difabel Rumah Kreatif Tamiang berada di Kampung Tanjung Karang, Kecamatan Karang Baru, Kabupaten Aceh Tamiang yang merupakan aset milik Pertamina. Pada Bulan Juni 2021 telah dilaksanakan acara launching yang dihadiri oleh Rantau Field Manager dan Bupati Aceh Tamiang.

Field Manager PEP Rantau, Despredi Akbar menjelaskan, program Rumah Kreatif Tamiang telah menerapkan konsep ramah difabel, ramah lingkungan dan ramah energi. 

Program ini, lanjut dia, memiliki dua inovasi sosial yaitu Inovasi Bangkit Berdikari (Pengembangan Masyarakat Inklusi Tamiang berbasis Sociopreneurship, Edukasi, dan Lingkungan Lestari) di Tahun 2022 dan Setara Sejalan (Sistem Kewirausahaan Sosial Inklusif Berkelanjutan) di Tahun 2023.

“Program Rumah Kreatif Tamiang ini diharapkan mampu menjadikan wadah kreatifitas Masyarakat Penyandang Difabel Aceh Tamiang untuk mengembangkan minat, bakat dan perekonomian mereka," katanya dikutip dalam keterangan tertulis, Sabtu, 7 Oktober 2023.

Selain itu, program ini diharapkan mampu memberikan pandangan yang baik di masyarakat. "Bahwasanya masyarakat difabel juga memiliki keahlian dan dapat memiliki kegiatan usaha," tuturnya.

Sejak awal inisiasi program hingga tahun 2023, berkembang sebanyak 4 unit usaha sudah dijalankan dalam rangka meningkatkan perekonomian kelompok penyandang difabel. 

Pertamina EP Rantau mengajar.

Photo :
  • Dok. Pertamina EP Rantau

Usaha-usaha tersebut adalah Bengkel Difabel, Inklusi Coffee, Rumah Limbah Difabel dan Inklusi Baking. Selain itu, di tahun 2023 juga dilakukan inisiasi pengembangan potensi bagi siswa difabel Sekolah Luar Biasa Negeri (SLBN) Pembina Aceh Tamiang di bidang lingkungan melalui bank sampah sekolah inklusif.

Kepala Sekolah Luar Biasa Negeri (SLBN) Pembina Aceh Tamiang, Muttaqin menyampaikan bahwa kolaborasi dengan Pertamina EP Rantau dan stakeholder lainnya dalam pemberdayaan masyarakat difabel, merupakan sebuah titik temu pemecahan permasalahan sosial bagi masyarakat difabel. 

“Kami, SLB sebagai lembaga pendidik formal dan Pertamina sebagai penyedia aksesibilitas usaha, merupakan kolaborasi yang apik dan sinergis, banyak alumni kami yang akhirnya tergabung Kelompok Rumah Kreatif Tamiang dan menjalankan usaha mulai dari bengkel, café, rumah limbah hingga baking. Dan beberapa kegiatan Pertamina melibatkan siswa kami untuk unjuk gigi tentang tari tradisional, band sampai pengembangan bank sampah," katanya.

Dede Kurniawan (38), seorang tuna daksa yang menjadi  Ketua Kelompok Bengkel Difabel di Rumah Kreatif Tamiang mengatakan, bengkel difabel membuka matanya bahwa dengan berbagai inisiatif serta penyesuaian, lingkungan yang ramah kepadanya seorang tuna daksa dan rekan difabel lainnya bisa dibentuk. Dede dkk bisa percaya diri hidup berdampingan serta merasa sejajar dengan manusia normal. 

“Sejak 2021 sulit mencari pekerjaan dengan keterbatasan kondisi fisiknya, kini bisa membantu rekan-rekan sesama tuna daksa untuk mendapatkan pekerjaan,” katanya.

Dede mengaku sangat terbantu dengan adanya bengkel motor difabel yang jadi bagian dari Rumah Kreatif Tamiang karena dari segi ekonomi jauh berbeda dibandingkan jika membuka bengkel konvensional. 

"Ekonomi bisa meningkat, banyak pelanggan di sini. Kita juga dapat bantuan setahun sekali seperti sparepart dan lainnya," katanya.

Yasir Muhammad (30), tuna rungu, bergiat di Inklusi Coffe di Aceh Tamiang. Kesehariannya sebagai petugas kebersihan di sekolah di Aceh Tamiang. Dia memang tidak bisa memilih pekerjaan yang diinginkan. 

“Sudah mendapatkan rezeki dari bersih-bersih saja sudah syukur Alhamdulillah,” katanya.

Selain bengkel dan Coffee, Rumah Kreatif Tamiang juga memiliki sub-unit usaha Rumah Limbah. Rumah Limbah adalah tempat pengolahan minyak jelantah yang merupakan limbah rumah tangga menjadi lilin aroma terapi dan sabun.

Produk Rumah Limbah dipasarkan di Galeri Ajang Ambe. Galeri Ajang Ambe adalah pusat pemasaran berbagai produk UMKM yang ada di Aceh Tamiang yang didirikan pada 2016. Menurut Desperdi, Program Galeri Ajang Ambe memfasilitasi pelaku UMKM di Aceh Tamiang untuk dapat mengikuti berbagai kegiatan pelatihan, inovasi peningkatan kualitas  produk hingga ke pemasaran secara online yang menjadi program tahun ini.

“Selain kolaborasi dengan digitalisasi layanan jual beli, produk baru yang dikembangkan adalah inovasi produk olahan makanan dan kerajinan yang memiliki nilai inovasi budaya seperti kopi pandan dan tas border Aceh Tamiang,” ujar Desperdi. 

Program Rumah Kreatif Tamiang bersinergis dengan Program Pertamina EP Rantau Field lainnya, salah satunya yaitu Pusat Pemberdayaan Masyarakat Pertamina (PPMP). Terdapat pemanfaatan gas sisa produksi yang digunakan untuk menghasilkan energi listrik yang selanjutnya disimpan pada kotak energi yang dapat digunakan untuk kondisi darurat serta mengurangi biaya operasional usaha kelompok difabel. 

Program Rumah Kreatif Tamiang juga telah menerapkan sistem produksi energi bersih melalui pemanfaatan solar sel sebagai penyedia suplai listrik di lokasi usaha kelompok difabel.

Pertamina EP Rantau Field juga menginisiasi program pendampingan Kelompok “Meghek Betuah” Petani Aren yang diinisiasi pada 2019. Program pendampingan Kelompok Meghek Betuah berada di Dusun Batu 8, Desa Rantau Pauh , Kecamatan Rantau dengan tujuan menghasilkan One Village One Product (OVOP).

Anggota kelompok Aren Meghek Betuah berjumlah 17 orang anggota yang termasuk di dalamnya terdapat tiga orang pengurus kelompok. Selain menjual gula aren dalam bentuk blok, Kelompok Meghek Betuah juga melakukan inovasi produksi produk turunan gula aren nira di antaranya, gula cair dan gula aren semut.

Head of Communication Relations & CID Zona 1 Pertamina EP, Djulianto Tasmat menjelaskan, Program Rumah Kreatif Tamiang mengimplementasi Sustainable Development Goals. SDGs adalah indikator tujuan pembangunan yang menjaga peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat secara berkesinambungan dan berkelanjutan yang ditujukan untuk semua orang mulai dari  pembuat kebijakan, masyarakat sipil, bisnis, akademisi, dan setiap individu atau masyarakat secara luas.

Program Rumah Kreatif Tamiang telah mengimplementasi tujuan 5 SDGs tentang kesetaraan gender dengan melibatkan 25 persen anggota kelompok difabel perempuan dalam usaha kelompok. Selanjutnya program juga mengimplementasi tujuan 7 SDGs tentang Energi Bersih, di mana telah memanfaatkan solar sel dalam suplai listrik operasional usaha dan tujuan 8 SDGs tentang Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi bagi penyandang difabel.